Rabu, 09 Juni 2010

Kata pengantar

Slamat datang di blok KKG Kubu Raya, Kalimantan Barat.Semoga kita lebih maju dalam Dhamma, sehingga bisa merealiasikan kehidupan yang berbahagia yang sebenarnya.

Minggu, 06 Juni 2010

Kelas 6 Semester 2

MEDITASI

A. Pengertian Meditasi

Meditasi merupakan kata yang lazim dipakai dalam Bahasa Indonesia untuk mengatakan Samadhi atau bhavana.
Kata Samadhi pertamakali diucapkan Sang Buddha dalam khotbah pertamanya yaitu dhammacakka pavattana Sutta. Kata Samadhi berasal dari akar kata “Sam-adhana”yang artinya memusatkan atau mengkonsenterasikan pikiran atau batin. Samadhi merupakan salah satu bagian dari ajaran Sang Buddha yang bertujuan untuk menghasilkan satu keadaan mental yang sehat dan sempurna. Banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana caranya untuk memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sesungguhnya, sumber dari ketenangan dan kebahagiaan itu ada dalam diri kita sendiri yaitu pikiran. Pikiran yang tenang akan menyebabkan kita akan memperoleh ketenangan dan kebahagiaan, bila pikiran penuh dengan kejahatan yaitu: loba, dosa dan moha, maka diripun menjadi tidak tenang, gelisah, dendam dan penuh kebencian.
Seseorang dapat melaksanakan meditasi dengan baik adalah orang yang memiliki keteguhan hati, tekat yang membaja, tidak bersifat kasar, dapat mengendalikan nafsu dan melaksanakan sila.




B. Dua jenis Samadhi

Berdasarkan tujuannya, meditasi dibedakan menjadi dua macam yaitu: meditasi yang benar (samma samadhi) dan meditasi salah (miccha samadhi)

1. Miccha samadhi
Miccha samadhi atau samadhi yang salah adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menimbulkan kekotoran batin: misalnya untuk mendapatkan kesaktian, kekayaan, jodoh dan mencelakakan orang lain dan sebagainya

2. Samma Samadhi
Samma Samadhi atau meditasi benar adalah pemusatan pikiran pada obyek yang dapat menghilangkan kekotoran batin. Dalam melaksanakan samadhi benar selain memiliki keteguhan hati juga harus memiliki usaha benar, perhatian benar dan meditasi benar. Samma Samadhi atau meditasi benar dibagi menjadi dua yaitu
a. Samatha Bhavana
b. Vipassana Bhavana



SAMATHA BHAVANA


Samatha Bhavana adalah meditasi yang bertujuan untuk memperoleh ketenangan batin, Samatha bhavana memiliki obyek sebanyak 40 macam. Kita dapat memilih salah satu di antara 40 obyek tersebut. Obyek yang sering dipakai adalah perenungan terhadap keluar masuknya nafas (anapanasati Bhavana), pengembangan cinta kasih (metta Bhavana), perenungan terhadap tubuh jasmani (kayagatasati) dan lain-lain.
Dengan melaksanakan Samatha Bhavana, kekotoran bathin tidak dapat dilenyapkan secara menyeluruh, kekotoran batin hanya dapat diendapkan. Dengan demikian, Samatha Bhavana hanya dapat mencapai tingkat-tingkat konsenterasi yang disebut Jhana, dan mendapatkan berbagai kekuatan batin yang disebut abinna.

Syarat untuk melaksanakan meditasi antara lain :
a. memiliki tekad yang kuat dan sehat jasmani, rohani
b. memiliki kemoralan (Sila) yang baik
c. tempat yang tenang dan waktu yang baik
d. adanya guru pembimbing dan teman yang baik (Kalyana Mitta)
e. sikap tubuh yang baik
f. memilih obyek sesuai carita (watak)

Usaha benar dalam praktek meditasi meliputi:
a. tidak membangkitkan pikiran-pikiran buruk yang belum muncul
b. melenyapkan pikiran-pikiran buruk yang belum muncul
c. memunculkan pikiran-pikiran baik yang belum muncul
d. mengembangkan pikiran-pikiran baik yang telah muncul


Tempat melaksanakan meditasi

Orang yang baru belajar meditasi sebaiknya mencari tempat yang cocok untuk meditasi. Tempat yang sunyi dan tenang, bebas dari ganguan orang-orang disekitar, bebas dari gangguan nyamuk. Untuk tahap permulaan, hendaknya orang berlatih di tempat yang sama, jangan pindah-pindah tempat. Vihara atau cetiya adalah tempat yang sangat baik untuk meditasi.

Waktu meditasi

Waktu yang baik untuk bermeditasi adalah pagi hari antara pukul 04.00 sampai 07.00 dan malam hari antara pukul 17.00 sampai 22.00. Meditasi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan waktu yang sama secara teratur. Jika waktu untuk meditasi telah ditentukan, usahakan setiap saat bermeditasi tepat pada waktu yang kita pilih. Lama bermeditasi bagi siswa baru hendaknya bermeditasi sekurang-kurangnya 15 menit, kemudian berangsur-angsur ditambah.

Sikap badan

Sikap meditasi yang dapat dipilih adalah duduk, berdiri, berjalan dan berbaring. Sikap dalam bermeditasi ini disebut Iriyapatha. Sebelum melaksanakan meditasi, sebaiknya meminta petunjuk atau nasehat dari guru meditasi yang berpengalaman. Pada saat hendak bermeditasi, sebaiknya membaca paritta suci terlebih dahulu.
Kalyana mitta dalam meditasi adalah guru yang menjadi pembimbing dalam meditasi.

Samma Samadhi dalam agama Buddha ada dua macam yaitu: Samatha bhavana dan Vipassana bhavana, Samatha bhavana meditasi untuk ketenangan batin dan vipassana bhavana meditasi untuk pandangan terang.

Obyek meditasi

Dalam samataha bhavana terdapat 40 macam obyek meditasi. Obyek meditasi ini dapat dipilih salah satu yang cocok dengan sifat atau pribadi seseorang. Pemilihan obyek sebaiknya dilakukan dengan bantuan seorang guru meditasi. Keempat puluh macam obyek meditasi itu adalah:
a. Sepuluh kasina (sepuluh wujud benda)
b. Sepuluh asubha (sepuluh wujud kekotoran atau perenungan terhadap mayat-mayat menjijikan.
c. Sepuluh anusati (sepuluh macam perenungan)
d. Empat Appamana keadaan tidak terbatas.
e. Aharapatikulasanna perenungan terhadap makanan yang menjijikan
f. Catudhatuvavatthana analisa terhadap unsur badan jasmani
g. Empat Arupa empat perenungan tanpa materi


Sifat-sifat menusia

Carita berarti sifat, perangai, watak atau prilaku. Buddha membagi manusia biasa (yang belum mencapai kesucian) menjadi enam kelompok yaitu:
1. Raga carita orang yang memiliki lobha yang kuat obyek yang sesuai renungan pada kekotoran jasmani
2. Dosa carita orang yang memiliki sifat kebencian yang kuat obyek yang sesuai adalah empat apamana (brahma vihara)
3. Moha carita orang yang bodoh obyek yang sesuai yaitu anapanasati (pernapasan)
4. Saddha carita orang yang memiliki keyakinan yang kuat obyek yang sesuai perenunga terhadap Buddha, Dhamma, Sangha , Sila, caganussati dan devanussati
5. Buddhi carita orang yang pandai, cerdas obyek yang sesuai marananusati,
6. Vitakka carita orang yang banyak pikiran (gampang berubah-ubah) obyek yang sesuai adalah anapanasati


Gangguan dalam Samatha Bhavana (Meditasi ketenangan)

Ada dua macam gangguan yang sering muncul dalam latihan meditasi yaitu :

1. Palibodha, adalah ganguan yang bersifat fisik, yang muncul pada saat persiapan untuk bermeditasi atau sebelum pikiran terpusat, terdapat 10 yaitu:
a. Avasa tempat tinggal
b. Kula pembantu
c. Labha keuntungan
d. Gana murid
e. Kamma pekerjaan
f. Addhana perjalanan
g. Nati orang tua , sanak keluarga
h. Abhada penyakit
i. Gantha pelajaran
j. Iddhi kekuatan gaib


2. Nivarana adalah gangguan yang bersifat batiniah yaitu rintangan atau kekotoran batin yang menghalangi pikiran untuk mencapai pemusatan pikiran. Rintangan ini berasal dari dalam diri kita sendiri.

Macam-macam nivarana :
a. Thinamiddha : Kelambanan dan kemalasan
b. Uddhaccakukkuca : Kekacauan dan kekhawatiran
c. Vicikiccha : keragu-raguan dan ketidakpastian
d. Kammacchanda : keinginan untu memuaskan nafsu indera
e. Byapada : ingin menyakiti orang kain, tidak senang, benci, dll.

Nivarana dapat diatasi dengan pencapaian Jhana-Jhana, dengan munculnya Jhana Nivarana dapat diendapkan. Saat dalam kondisi pemusatan pikiran yang kuat Nivarana tidak akan muncul.




JHANA

Jhana adalah pikiran yang terpusat kuat pada obyek meditasi
Ada dua macam jhana yaitu jhana yang diperoleh dengan obyek yang berbentuk (misanya: obyek lilin, cahaya, air, tanah, dll) dan jhana yang diperoleh dengan obyek tanpa bentuk. (misal : ruangan, kesadaran, kekosongan )

Jhana yang diperoleh dengan obyek bentuk disebut Rupa Jhana
Jhana yang diperoleh dengan obyek tanpa bentuk disebut Arupa Jhana.

Unsur-unsur Jhana meliputi :
a. Vitakka : usaha menangkap obyek
b. Vicara : usaha mempertahankan obyek
c. Piti : kegiuran/kenikmatan pada obyek
d. Sukha : kebahagiaan untuk mengarahkan pikiran pada pemusatan pikiran
e. Ekagata : pikiran terpusat
f. Upekkha : keseimbangan batin yang hanya muncul bersama dengan Ekagata pada Jhana tingkat ke - IV

ABHINNA

Abhinna adalah kemampuan batin luar biasa yang dilakukan oleh mereka yang berhasil dalam meditasi pada kehidupan sekarang maupun pada kehidupan lampau. Abhinna akan muncul bila telah mencapai jhana tingkat ke 4. terdapat 2 macam abhinna yaitu :
1. Lokiya Abhinna artinya kekuatan batin bersifat duniawi
2. Lokutara abhinna artinya kekuatan batin diatas duniawi

Lokiya abhinna
a. Kemampuan batin fisik (Iddhividhi); seorang menjadi banyak, menembus tembok, terbang, dll
b. Telinga Deva (Dibbasota); mendengar suara manusia dan dewa, bisa mendengar suara dari tempat yang sangat jauh
c. Membaca pikiran (Cetopariya nyana); mengetahui pikiran makhluk lain,
d. Mengingat kembali kehidupan yang lampau (Pubbenivasanussatinana); bisa satu kelahiran, 2, 5, 10, dst.
e. Mata deva (Dibbacakkhu nyana), juga disebut Cutupapatanana. Pengetahuan tentang meninggal dan lahirnya makhluk-makhluk.

Lokutara abhinna
f. Pelenyapan kekotoran batin (Asavakkhayanana) ; dimiliki oleh seorang Arahat, Pacceka Buddha atau Samma Sambuddha.

Manfaat dan bahaya memiliki abhinna

Seseorang yang memiliki Abhinna dapat dimanfaatkan, antara lain :
a. menolong orang lain yang memerlukan bantuan (Iddhividhi)
b. mendapatkan informasi yang cepat (dibbasota)
c. dapat menjawab kebenaran dari suatu kitab suci (Pubbenivasanussatinana)
d. membantu memecahkan persolan orang lain (cetopiyanana)
e. Meleyapkan semua kekotoran batin (asavakhanyana

Jika Abhinna tidak dilandasi dengan Sila (kemoralan) yang baik akan dapat menjerumuskan pemiliknya sendiri, yang akan dapat menimbulkan pemuasan nafsu Indera.

Orang yang memiliki abhinna sering dikenal sebagai orang sakti, orang sakti belum tentu suci, atau sebaliknya orang suci belum tentu sakti, tetapi kadang kala orang suci sekali gus sakti.

VIPASSANA BHAVANA

Vipassana artinya melihat ke dalam, kebijaksanaan, pandangan terang, dalam kaitannya dengan meditasi dikenal dengan meditasi Pandangan Terang.
Tujuan Vipassana Bhavana adalah untuk memiliki pandangan terang agar dapat melihat segala sesuatu sebagaimana apa adanya. Dengan pandangan terang semua kekotoran batin akan dapat dilenyapkan yang berarti mencapai Penerangan Agung (Bodhi), ia mencapai kesucian batin atau nibbana.
Obyek yang digunakan dalam Vipassana Bhavana adalah tubuh jasmani dan rohani kita sendiri. Obyeknya bukan di luar diri kita tetapi ada di dalam diri sendiri. Obyek Vipassana biasa disebut Panca Khanda (lima kelompok kehidupan) atau 4 Satipatthana yaitu perhatian cermat terhadap :

1) badan jasmani,
2) perasaan,
3) pikiran dan
4) Dhamma

Waktu Meditasi Vipassana yang tepat adalah bila jasmani kita segar, semua pekerjaan telah selesai, gangguan fisik tidak ada. Jadi waktu yang tepat tergantung pada kondisi yang bersangkutan.. Bagi pemula perlu sekali bantuan dari Guru (Kalyana Mitta) dan buku pedoman vipassana sebagai pegangan.

Rintangan batin yang menghalangi seseorang untuk mencapai kesucian disebut Samyojana.

Terdapat 10 macam Samyojana yaitu :

1. Pandangan keliru adanya aku atau jiwa yang kekal (sakkayaditthi)
2. Keragu-raguan (vicikiccha)
3. Kepercayaan pada upacara-upacara (silabbataparamasa)
4. Keinginan nafsu (Kamaraga)
5. Mudah tersinggung (Patigha)
6. Kegembiraan dalam bentuk-bentuk (Ruparaga)
7. Kegembiraan dalam meditasi tidak berbentuk (Aruparaga)
8. Kesombongan (Mana)
9. Kegelisahan (Uddhacca)
10. Ketidaktahuan (avijja)


ARIYA PUGGALA

Ariya Puggala adalah makhluk suci yaitu: siapa saja yang telah berhasil menghacurkan 10 belenggu batin (Samyojana). Terdapat empat macam makhluk suci dalam agama Buddha yaitu:

a. Sotapana (pemasuk arus nibbana): telah melenyapkan tiga belenggu pertama, ia tidak akan lahir lebih dari 7 kali sebelum pencapaian penerangan sempurna.
b. Sakadagami : telah melenyapkan tiga belenggu pertama dan juga melemahkan belenggu Kamaraga dan Pathiga (belenggu no. 4 dan 5). Hanya akan lahir sekali lagi
c. Anagami : melenyapkan 5 belenggu pertama. Tidak akan lahir kembali di alam manusia, ia akan lahir di alam Suddhavassa dan akan mencapai kesempurnaan disana.
d. Arahat : melenyapkan semua belenggu, tidak ada kelahiran lagi baginya dalam suatu alam kehidupan manapun.


MANFAAT MEDITASI

Bhavana atau meditasi yang benar akan memberikan faedah bagi orang yang melaksanakan, faedah yang kita dapat antara lain:
1. Membebaskan ketegangan pikiran akibat kesibukan sehari-hari
2. Menimbulkan keberanian menghadapi persoalan-persoalan rumit yang sulit dihadapi.
3. Bagi seorang pelajar atau mahasiswa akan menolong dia untuk menimbulkan dan menguatkan daya ingat.
4. Mengatasi kelamahan-kelamahan dalam diri sendiri, misalnya rasa putus asa, kemarahan, kebencian, iri hati dan sifat angkuh.
5. Menimbulkan pengertian terhadap pandangan hidup yang benar



NIBBANA

A. Pengertian Nibbana

Nibbana dari bahasa pali, Nirwana dari bahasa Sangsekerta. Nibbana berasal dari kata Nir artinya padam vana dari akar kata va artinya meniup. Jadi Nirwana artinya meniup padam, apakah yang ditiup padam tidak lain adalah tanha (keinginan nafsu) atau asavakaya (kekotoran batin)

Nibbana merupakan tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh seorang umat Buddha. Nibbana merupakan suatu kondisi, bukan suatu tempat dimana sudah tidak ada lagi kelahiran dan kematian. Nibbana dapat dicapai dalam kehidupan sekarang, tidak menunggu setelah mati. Seseorang yang telah menjadi Arahat berarti telah mencapai Nibbana. Nibbana bukan untuk diceritakan tetapi untuk dialami sediri, karena sangat sulit untuk dipahami bagi orang yang belum merasakannya. Seperti seseorang kesulitan untuk menceritakan bagimana rasa manis keada orang lain kecuali orang itu merasakan rasa manis tersebut.


B. Dua macam Nibbana

Ada dua jenis Nibbana yaitu :
a. Saupadisesa Nibbana yaitu Nibbana yang dicapai saat jasmani masih berfungsi dengan baik
b. Anupadisesa Nibbana yaitu Nibbana yang dicapai bersamaan dengan saat kematian.

Untuk mencapai Nibbana seseorang harus melaksanakan meditasi Vipassana Bhavana, dengan usaha sendiri karena hanya dengan Vipassana Bhavana kekotoran batin dapat diatasi. Kalau seseorang telah mencapai Nibbana maka tidak akan ada lagi kelahiran, usia tua dan kematian. Nibbana tidak sama dengan surga, Nibbana bukan tempat, sulit untuk digambarkan, hanya bagi mereka yang telah mengalami yang mengetahui keadaan Nibbana yang sesungguhnya.

Meditasi Benar (samma samadhi) untuk mencapai Nibbana harus dilandasi dengan Sila (kemoralan yang kuat) sehingga akan menembus Panna (kebijaksanaan) yaitu dapat mengetahui hidup dan kehidupan sebagaimana adanya bahwa kehidupan ini adalah selalu berubah (Anicca), karena selalu berubah maka menimbulkan Dukkha (penderitaan) dan segala sesuatu yang terbentuk di alam semesta ini tidak memiliki inti yang kekal (anatta).

c. Jalan untuk merealisakikan Nibbana
Satu-satunya jalan untuk mencapai nibbana adalah jalan mulia berunsur delapan (atthagika magga atau jalan tengah (majjihimapatipada)

Nibbana adalah kedamaian tertinggi
Nibbana adalah kebahagiaan tertinggi
Nibbana adalah akhir dari semua derita
Nibbana adalah kebebasan sejati
Nibbana adalah akhir dari kelahiran dan kematian

SURGA

C. 31 ALAM KEHIDUPAN

Menurut agama Buddha terdapat 31 alam kehidupan yang dikelompokan dalam tiga golongan yaitu:

1. kama loka (alam nafsu) 11 alam
2. Rupa loka (alam berbentuk) 16 alam
3. Arupa loka (alam tanpa materi) 4 Alam

Kama loka 11
a. kamadugati bhumi 4 (empat keadaan yang menyedihkan (apaya)
1. Niraya (neraka)
2. Tiracchana Yoni (alam binatang)
3. Peta loka (alam hantu kelaparan)
4. Asura (alam raksasa, jin, iblis)
b. Kamasugati bhumi 7 (alam yang nafsu yang menyenangkan)
5. manussa loka (alam manusia)
6. Sorga catumaharajika (alam 4 raja dewa)
7. Sorga Tavatimsa (alam 33 dewa)
8. Sorga Yama ( alam dewa Yama)
9. Sorga Tusita (alam kenikmatan)
10. Sorga Nimmanarati (alam dewa yang menikmati ciptaanya)
11. Sorga Parinimita vasavatti (alam dewa yang membantu menyempurnakan ciptaan dari dewa-dewa lainnya)

Rupa loka 16
12. Parisajja Brahma ( alam pengikut brahma)
13. Purohita Brahma (alam mentrinya brahma)
14. Maha Brahma (alam brahma yang besar)
15. Parittabha Deva (alam para brahma yang bercahaya)
16. Appamanabha Deva (alam brahma yang tak terbatas cahayanya)
17. Abhassara Deva (alam para brahma yang gemerlapan cahayanya)
18. Parittasubha Deva ( alam para brahma yang kura auranya)
19. Appamanasubha Deva (alam para brahma yang tak terbatas auranya)
20. Subhakinna Deva (alam para brahma yang auranya penuh dan tetap)
21. Vehapphala Deva (Para brahma yang besar pahalanya)
22. Asannasatta (Para brahma yang tidak punya kesadaran)
23. Aviha Deva (para brahma yang tidak bergerak)
24. Atappa Deva para brahmana yang suci)
25. Sudassa Deva (para brahma yang indah)
26. Sudassi Deva (para brahma yang berpandangan terang)
27. Akanittha Deva (para brahma yang luhur)

Arupa loka (alam tidak berbentuk)
28. Akasannacayatanupaga Deva ( keadaan dari konsepsi ruang yang tanpa batas)
29. Vinnanancayatanupaga Deva (keadaan dari konsepsi kesadaran tanpa batas)
30. Akincannayatanupaga Deva ( keadaan dari konsepsi kekosongan)
31. Nevasannanasannayatanupaga Deva (keadaan dari konsepsi bukan pencerapan pun bukan tidak pencerapan)


Seseorang sebelum mencapai kesucian setelah meninggal akan terlahir kembali di salah satu dari tiga puluh satu alam kehidupan, jika perbuatannya baik maka ia akan dilahirkan di salah satu alam yang bahagia, jika perbuatannya tidak baik akan dilahirkan di salah satu alam penderitaan, tetapi kehidupan tersebut juga tidak kekal setelah karmanya habis untuk lahir di alam tersebut akan terlahir lagi di salah satu dari tigapuluh satu alam, sampai mencapai nibbana, Jadi alam Surga berbeda dengan nibbana, Surga menurut ajaran agama Buddha adalah suatu tempat yang menyenangkan tetapi tidak kekal. Sebaliknya nibbana adalah kekal.
Terlahir dialam neraka kebanyakan disebabkan karena kebencian, terlahir dialam binatang kebanyakan di sebabkan oleh keserakahan, di alam dewa banyak makhluk suci, tetapi tidak ada sangha dan belajar Tipitaka, tanda-tanda kelapukan dewa rangkaian bunga milikna layu, pikirannya menjadi kotor, keringat keluar dari ketiaknya, kecemerlangan tubuhnya memudar, tidak lagi gembira di singgasananya.

Kelas 5 Semester 2

DANA

A. Pengertian Dana

Berdana berarti memberikan sesuatu barang atau jasa kebajikan kepada orang lain dan/atau makhluk yang membutuhkan tanpa mengharapkan suatu balasan atau imbalan. merupakan satu langkah awal yang penting dalam praktek Buddhis. Berdana jika diimbangi dengan moralitas yang baik, konsentrasi dan kebijaksanaan akan menghasilkan pembebasan dari lingkaran tuimbal lahir (Samsara).
Dana paramita dapat dibedakan atas dua macam, sesuai kehendak seseorang yang melaksanakannya.
1. Dana yang dilakukan oleh orang biasa dan orang suci
a. Amisadana
b. Dhammadana
2. Dana yang hanya dapat dilakukan oleh orang suci
a. Atidana
b. Mahatidana


B. Macam-macam Dana

Menurut kitab Sangyang kamahayanikan dana di kelompokkan menjadi empat macam, yaitu:

a. Amisadana.
Amisadana yaitu memberikan bantuan dalam bentuk barang-barang, uang atau bentuk materi lainnya, Amisadana merupakan dana yang laing mudah dan paling ringan dilakukan seseorang, sehingga disebut sebagai “ Hinadana”.

b. Atidana
Atidana yaitu memberikan kepentingan diri pribadi untuk kebahagiaan dan kesejahteraan makhluk lain. Atidana ini hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah terbebas dari keterikatan, karena kuatnya dorongan karuna kepada semua makhluk, Sebagai contoh Sidharta Gotama, ia ikhlas meninggalkan istananya dengan segala kekuasaan dan kesenangannya, anak istrinya serta sanak keluarga yang dicintainya, demi untuk mencari jalan guna membebaskan umat manusia dari pendritaan.

c. Mahatidana
Mahatidana yaitu iklas memberikan jiwa-raga demi kepentingan mahluk-mahluk yang menderita, yang membutuhkan pertolongannya, contohnya bodhisatva sotasoma menyerahkan dirinya dimakan harimau yang sedang menderita kelaparan dan hendak memakan anaknya sendiri.
Seorang pahlawan yang berjiwa besar rela mengorbankan jiwa raganya demi kemerdekaan negaranya, yang berarti menyelamatkan bangsanya dengan tidak mengharapkan jasa.

D. Dhammadana
Dhammadana yaitu berdana dalam bentuk mental dan spritual berupa nasehat-nasehat, yang biasa dilakukan para bhikkhu atau pandita atau upasakha – upasikha. Contah orang yang kecanduan alkohol, jika di berikan uang mungkin akan dibelikan minuman, tetapi jika diberikan nasehat dan bimbingan dhamma mungkin akan meninggalkan kebiasaanya itu dan bisa sembuh, demikian juga berdana mencetak paritta suci, mencetak buku agama, membangun vihara juga disebut Dhammadana. Buddha menyatakan “Sabbadana Dhammadana Jinati” artinya persembahan dana untuk kepentigan Dhamma melebihi dana apapun.

B. Cara berdana yang baik

Dalam memberikan dana kita harus memperhatikan empat faktor agar pemberian barang atau jasa yang kita lakukan dapat memberikan pahala yang berlimpah-limpah yaitu:
1. Barang/jasa yang diberikan
2. Faktor niat (cetana)
3. Faktor tujuan berdana
4. Ladang untuk menanam jasa.

1. Faktor barang/ jasa yang diberikan hendaknya barang-barang yang bersih, artinya barang-barang tersebut bukan berasal dari hasil kejahatan. Barang-barang yang baik, barang-barang yang layak, barang-barang yang sesuai penerima, barang yang bersih akan membawa manfaat yang baik bagi pemberi dana maupun penerimanya.
2. Berdana atau melakukan perbuatan bajik apapun harus dimulai dengan niat (cetana) yang baik, niat dalam melakukan dana dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Niat sebelum melakukan dana (pubbacetana)
b. Niat pada saat berdana (mucacetana)
c. Niat setelah memberikan dana (apara cetana)

Apabila ketiga niat dalam berdana terpebuhi maka dana yang diberikan akan memberikan hasil yang baik. Dari ketiga faktor niat itu, pikiran setelah berdana sangat menentukan pahala dari dana yang diberikan. Pikiran setelah berdana ini dapat terjadi, 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan tidak terbatas waktunya. Oleh karena itu setelah selesai memberikan dana hendaknya tidak ada penyesalan atau kekecewaan, karena akan mempengaruhi pahala dari perbuatan tersebut.

3. Motivasi Berdana. Sutta-suta mencatat berbagai cara atau dorongan seseorang mempraktekkan kedermawanan:
a. berdana karena kejengkelan, atau sebagai cara untuk menyinggung si penerima, atau dengan ide menghina
b. berdana karena rasa takut
c. berdana sebagai balasan kebaikan yang dilakukan pada dirinya di masa lalu
d. berdana dengan harapan dirinya mendapatkan bantuan serupa di masa mendatang
e. berdana karena perbuatan berdana dianggap baik
f. berdana karena perasaan tidak enak äku memasak, sedangkan mereka tidak. Tidaklah pantas bila aku yang memasak tidak memberi mereka yang tidak memasak.”
g. Berdana untuk mendapatkan nama baik
h. Berdana untuk menghiasi dan memperindah pikiran.

Selain hal tersebut diatas ada dana diberikan untuk mempertahankan tradisi keluarga, keinginan untuk terlahir di alam surga. Tetapi diyatakan dalam sutta dana seharusnya diberikan tanpa pengharapan apapun Na sapekho danam deti. Tujuan tertinggi dari berdana adalah terhentinya kelahiran kembali dan mencapai Nibbana.

Terdapat 4 macam dana yang diberikan oleh orang-orang biasa yaitu:
a. Dana yang kecil, tetapi diberikan dengan rasa berat, misalnya dengan comelan atau dengan harapan timbal balik, maka hasilnya akan kecil.
b. Dana yang kecil, tetapi diberikan dengan rasa tulus ikhlas, maka hasilnya akan berlipat ganda
c. Dana yang besar, tetapi diberikan mengharap pujian, kedudukan atau karena terpaksa, maka hasilnya akan lebih kecil
d. Dana yang besar, tetapi diberikan dengan rasa ikhlas dan penuh dengan karuna, maka hasilnya akan berlimpah-limpah, baik dalam kehidupan sekarang maupun pada kelahiran yang akan datang.

4. Ladang untuk menanam jasa

Menurut ajaran Buddha dana-dana itu sebaiknya diberikan kepada :
a. Orang yang membuat si pendana bahagia karena memberi dana itu
b. Orang tua, orang yang pernah berjasa pada kita
c. Sangha, karena sangha adalah kelompok manusia yang melepaskan keduniawian dan memiliki pengendalian diri yang baik
d. Orang-orang suci yaitu orang yang telah terbebas dari kekotoran batin
e. Pertapa, dan brahmana yang hidup sederhana
f. Kaum miskin, pengemis dan kelana (pengembara)


C. Bagimana cara memberikan Dana yang Benar ?

Agar perbuatan berdana menjadi murni dan memiliki nilai yang tinggi, kita harus melakukannya dengan cara yang benar. Adapun cara yang diajarkan oleh Sang Buddha adalah :
1. Hendaknya diberikan dengan cara yang pantas, sehingga yang diberi tidak merasa tersinggung
2. Hendaknya diberikan dengan rasa hormat
3. Hendaknya diberikan dengan tangan sendiri
4. Tidak memberikan dana apa yang hanya cocok untuk dibuang
5. Tidak sembarangan
6. Hendaknya diberikan dengan penuh keyakinan
7. Tepat pada waktunya
8. Diberikan kepada orang yang kesulitan
9. Bukan untuk mencari kepuasan dan kesenangan pribadi (duniawi)


D. Manfaatnya berdana

Berdana yang dilandasi oleh keyakinan dan kebijaksanaan akan memberikan nilai/manfaat antara lain :
1. Kebencian menjadi hilang
2. Dicintai orang lain
3. Mempererat persahabatan
4. Niatnya/Citacitanya dapat terkabul
5. Kelak setelah meninggal dunia dapat terlahir di Surga
6. Mempunyai nama yang baik
7. Jika terlahir kembali menjadi manusia maka akan mempunyi wajah yang elok, kaya, berusia panjang dan terhormat.

Kisah Sivali

Jasa kebajikan besar yang dapat dihasilkan dari dana yang kecil.
Pada jaman Buddha Vipassi, penduduk bersaing dengan raja mereka untuk melihat siapa yang dapat memberikan pemberian terbesar pada Sang Buddha dan Sangha. Segala kebutuhan untuk persembahan sudah diperoleh, kecuali madu segar. Maka mereka mengirimkanbanyak pesuruh yang berbekal banyak uang untuk membeli bahan yang masih kurang itu. Salah satu dari pesuruh ini bertemu denga penduduk desa yang kebetulan sedang membawa sarang lebah yang baru saja diambil untuk dijual dikota. Untuk bisa memperoleh madu itu, dia menawarkan seluruh uangnya yang berjumlah 1000 keping (yang nilainya tentusaja jauh melebihi harga sarang lebah itu). Tentu saja orang desa itu terkejut “ Apakah Anda gila? … Harga madu ini amat murah, tetapi anda menawar 1000 keping uang. Mengapa? Coba jelaskan.”Maka pesuruh itu pun menerangkan bahwa madu itu amat berharga karena merupakan bahan terakhir yang dibutuhkan untuk membuat persembahan bagi Sang Buddha yang akan dipersembahkan rakyat. Secara spontan, orang desa itu pun menjawab. “Kalau begitu, saya tidak akan menjual sarang labah ini walaupun dibayar berapapun. Jika saya memang bisa menerima jasa kebajikan dari persembahan ini, madu ini akan saya danakan saja. Para penduduk amat terkesan mengetahui keyakinan orang ini, yang dengan amat terkesan mengetahui keyakinan orang ini, yang dengan amat rela menolak rejeki nomplok seperti itu dan lebih memilih menerima jasa persembahan.karena hadiah sederhana pada zaman Buddha Vipassi ini, orang desa itu berkali-kali terlahir di alam surga dan kemudian menjadi pangeran yang mewarisi tahta kerajaan benares. Di kehidupan terakhirnya, dia menjadi Sivali Thera dan mencapai tingkat Arahat sebagai siswa Buddha Gotama.

Kisah Lajadevadhita

Pada suatu hari Y.A. Mahakassapa Thera setelah melakukan meditasi (samapatti) selama tujuh hari, beliau bangkit untuk memberi kesempatan kepada para umat untuk berdana. Laja memberikan segenggam jagung yang dimiliki. Ketika pulang pulang dari memberi dana tersebut ia dipatuk ular berbisa dan meninggal. Setelah meninggal ia terlahir di alam surga Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. Laja menyadari bahwa terlahir di alam surga karena ia telah berdana segenggam jagung kepada Y.A. Mahakassapa Thera. Kemudian memutuskan untuk melakukan jasa baik kepada thera agar kebahagiaanya dapat bertahan. Setiap pagi deva itu pergi ke vihara untuk melakukan kebajikan dengan menyapu halaman vihara, mengisi air dalam bak mandi dan melakukan jasa-jasa lainnya.

Kisah seekor kelinci

Pada suatu ketika Bodhisatta terlahir sebagai seekor kelinci. Ia mempunyai tiga sahabat karib, seekor monyet. Seekor srigala dan seekor berang-berang, mereka hidup bahagia didalam hutan, suatu saat pada bulan purnama kelinci berbicara dengan kawan-kawannya, untuk melaksanakan kemoralan dan jika ada yang meminta sesuatu akan memberikan apa yang ia punyai. Hal ini mengakibatkan singgasana deva saka panas lantas dewa saka menjelma menjadi pertapa, ia menemui satu persatu binatang tersebut dan semua binatang tersebut memberikan apa yang ia punya. Kini giliran kelinci yang pada waktu itu tidak memiliki barang apa-apa, maka ia mengorbankan dirinya untuk disantap sang pertapa dengan cara menceburkan dirinya di api yang pertapa buat. Anehnya sang kelinci bukannya terbakar karena pertapa tersebut sebenarnya dewa saka yang menyamar.

PENGERTIAN SEHAT DAN SAKIT

Dalam kehidupan kita sehari-hari kita mengalami saat-saat sehat dan kadang-kadang menderita sakit. Tidak ada seorang pun yang sehat terus menerus atau sakit terus menerus. Sehat dan sakit menimpa semua makhluk yang hidup silih berganti. Jika kita sedang sehat, kita dapat melakukan segala kegiatan dan aktivitas sehari-hari dengan ringan, enak dan nyaman. Saat kita sedang sehat berarti organ-organ dalam tubuh kita sedang berfungsi dengan baik. Sebaliknya jika badan kita sedang sakit, kita merasa berat untuk melakukan kegiatan apapun. Kita memerlukan pertolongan orang lain untuk membantu segala aktivitas dan kegiatan kita, termasuk memberikanmakanan, minuman, obat dan sebagainya. Jadi saat kita sedang Sakit berarti organ-organ dalam tubuh kita tidak bekerja dengan semestinya, terganggu dan tidak menurut.

B. Cara merawat orang sakit.

Bila kita atau teman kita sedang menderita sakit, kita harus dapat membantu menringankan penderitaan yang dialaminya dengan cara:

1. Menjenguk dan menghiburnya.
Langkah pertama jika kita mendengar berita bahwa teman kita sakit adalah datang menjenguknya dirumah atau dirumah sakit dimana dia dirawat. Menjenguk dan memberikan motivasi bahwa ia pasti sembuh dari penyakitna merupakan dorongan yang kuat bagi proses penyembuhanya. Orang yang sedang sakit memerlukan nasehat dan motivasi untuk proses penyembuhanya.

2. Membantu mengobati atau menolongnya
Jika kita tidak mempunyai kesibukan yang berarti, kita dapat menunggui teman kita yang sakit itu dan membantu menyuapinya makan dan minum obat yang diberikan dokter.

C. Cara memelihara kesehatan
Agar kita tidak menjadi sakit, kita harus berusaha untuk selalu menjaga kesehatan diri dan lingkungan kita. Kesehatan diri meliputi kesehatan jasmani dan rohani diantaranya:
1. Kesehatan diri
a. Mandi dengan sabun dan air bersih miniman 2 kali sehari
b. Makan teratur 3 kali sehari
c. Makan-makanan bergizi
d. Mengosok gigi sesudah makan
e. Istirahat dan tidur yang cukup
f. Memakai pakaian yang pantas dan bersih
g. Belajar dan bekerja dengan disiplin
h. Berolahraga secara teratur

2. Kesehatan rohani
a. Bersembahyang pagi dan sore
b. Meditasi minimal satu kali sehari menjelang tidur
c. Membaca kitab suci minimal satu ayat
d. Berdoa sebelum melakukan kegiatan

3. Kesehatan lingkungan
a. Menjaga kebersihan rumah dan halaman
b. Membersihkan tempat tidur
c. Menimbun benda-benda yang dapat menjadi sarang nyamuk
d. Merapikan taman dan rerimbunan di sekeliling rumah agar tampak asri indah dipandang mata
4. Kegitanan sosial
a. Bergaul dengan teman-teman yang baik
b. Menghormati orang yang lebih tua
c. Aktif dalam kegiatan di vihara atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan usia dan kegemarannya

H. Cara menjaga pikiran agar jasmani tidak sakit

Pada hakekatnya kesahatan jasmani dan rohani saling terkait dan berhubungan satu sama lain. Jika jasmani atau basan kita sehat, maka pikiran atau rohani kita juga sehat.Namun sebaliknya jika rohani kita tidak sehat, maka jasmani kita juga akan sakit. Lalu bagaimanakah agar pikiran atau rohani kita tetap sehat?
Bila kita memakai baju yang bersih, kita merasa nyaman dan senang, namun baju yang kita pakai lama kelamaan akankotor. Kita harus mencucinya kembali dan menyetrikanya agar enak dipakai lagi. Begitu pula dengan pikiran kita. Kita akan merasa segar dan nyaman bila pikiran kita berseih dari kekotoran-kekotoran yaitu loba, dosa dan moha. Untuk membersihkan pikiran kita dari pengaruh kekotoran pikiran tersebut, kita harus melakukan meditasi dan merenungkan dan mengembangkan bentuk-bentuk pikiran baik agar pikiran jahat tidak muncul.

Kelas 4 Semester 2

MAKNA UPACARA DALAM AGAMA BUDDHA

Upacara-upacara, baik bersifat keagamaan, kemasyarakatan maupun kenegaraan, sebenarnya adalah suatu cetusan hati nurani manusia terhadap suatu keadaan. Dengan sendirinya bentuk-bentuk upacara disesuaikan dengan keadaan, jaman alam, suasana, selera dan cara berpikir si pembutnya atau pelaksanaanya.
Oleh karena itu upacara sebagai salah satu bentuk kebudayaan dapat kita selenggarakan sesuai tradisi dan perkembangan jaman di Indonesia dengan mengigat bahwa kebudayaan adalah suatu yang dinamis, selalu mengikuti perkembangan, kebudayaan di jaman Borobudur dan Majapahit belum tentu dapat kita terapkan pada dewasa ini. Tetapi pola-pola kebudayaan manusia itu dapat merupakan inspirasi bagi tumbuhnya kebudayaan Indonesia baru.

1) Makna di balik upacara
Dari bermacam-macam upacara yang dilakukan oleh umat Buddha dengan corak ragam yang berlain-lainan, bila diteliti mempunyai makna yang sama. Sesuatu yang disebut upacara keagamaan akan diterima oleh umat untuk dilaksanakan dengan penuh keiklasan dan sekaligus menjadi kebutuhan hidup batinnya, Karena itu upacara akan menjadi salah satu kebiasaan hidupnya yang sering dilakukannya.
Dalam semua bentuk upacara agama Buddha, sebenarnya terkandung prinsip-prinsip:
a. Menghormat dan merenungkan sifat-sifat luhur Sang Triratna
b. Memperkuat keyakinan (saddha) dengan tekat (adhitthana)
c. Membina empat kediaman luhur (brahmavihara)
d. Melakukan Anumodana, yaitu membagi perbuatan baik kita kepada makhluk lain
e. Mengulang dan merenungkan kembali khotbah-khotbah Sang Buddha Gotama

Upacara yang mengandung lima prinsip tersebut telah dijadikan kebiasaan dan sering dilakukan, dari bentuk yang sederhana sampai yang rumit. Dengan demikian akan membawa makin seringnya ucapan dan perbuatan ditujukan kepada kebajikan, seperti:
Pikiran-pikiran negatif akan terkendali.
Pikiran-pikiran baik tubuh berkembang.

Secara terperinci manfaat yang langsung di dapat dari upacara, dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Saddha : keyakinan dan bakti akan tumbuh berkembang
b. Brahmavihara : empat keadaan batin luhur akan berkembang.
c. samvara : indera akan terkendali
d. Santutthi : puas.
e. Santi : damai
f. Sukha : bahagia

Untuk dapat memiliki manfaat yang sebesar-besarnya maka kita harus melakukan upacara yang benar, sesuai dengan makna yang berkandung dalam upaca itu.

2) Melakukan upacara yang benar
a. Mengerti akan makna upacara seperti yang diuraikan di atas.
b. Upacara adalah semata-mata memupuk sifat-sifat baik masing-masing individu seperti diuraikan di atas, dan bukan karena peraturan yang megikat. Karena itu setiap melakukan upacara, seseorang harus benar-benar sadar akan apa yang dilakukan dan bukan karena tradisi yang mengikat, yang tidak akan membawa kita pada pembebasan (silabbata paramasa samyojjana).

3. Sikap dalam upacara.
Karena upacara merupakan suatu manifestasi dari keyakinan dan kebaktian, maka sikap yang patut diperhatikan oleh setiap umat dalam melakukan upacara itu adalah:
1. Sikap menghormat dengan cara:
a. Anjali: merangkapkan kedua tangan dan menempatkan di dahi dengan menundukan kepala. Dalam membaca paritta kedua tangan di tempatkan di depan dada (ulu hati)
b. Namakkara : Membuat pancanga patittha (bersujud dengan lima titik, yaitu dua siku, dua lutut dan dahi menyentuh lantai pada saat yang bersamaan). Mengawali dengan namakkara Gatha (kalimat penghormatan awal pada Sang Tiratna)
c. Padakkhina : dengan tangan bersikap akanjali di depan dada, tanpa alas kaki, berjalan mengelilingi vihara atau candi sebanyak tiga kali, yang letak letaknya harus disebelah kanan kita.
2. Membaca paritta:
a. Dilakukan secara khidmat dan penuh perhatian
b. Sedapat mungkin dipahami arti dari paritta-paritta yang dibaca
c. Memperhatikan tanda baca yang benar
d. Mengikuti cara baca yang baik: samyoga seperti dhammapada, Sarabanna : sambung menyambug, magadha satu baris satu baris.
3. Bersamadhi (meditasi) khusus tentang sikap
a. Relaks duduk bersila dengan tumpuan tangan dipangkuan
b. Memusatkan pikiran kita pasa sifat-sifat luhur Sang Tiratana dan brahmavihara.

4. Macam-macam kebaktian
a. Kebaktian tanpa dihadiri Bhikkhu
b. Kebaktian yang hadiri bhikkhu

Kebaktian umum yang dihadiri bhikkhu paritta yang ditambahkan adalah Paritta Aradhana Tisarana dan Pancasila (untuk meminta tuntunan tisarna dan pancasila) dan Aradhana Dhammadesana (untuk meminta bhikkhu berceramah). Jika memungkinkan setelah kebaktian diadakan Pemberkahan. Pemberkahan yaitu suatu kegiatan yang disakralkan, ada dua cara pemberkatan: pemberkatan dengan membaca paritta oleh para bhikkhu dan pemberkatan dengan pemercikan tirta. Pemberkatan dengan pemercikan tirta didasarkan pada suatu peristiwa yang terjadi dimasa Sang Buddha. Disebutkan bahwa pada suatu ketika dikota Vesali tejangkit penyakit yang mematikan sehingga banyak orang yang meninggal. Maka umat Buddha Vesali mengundang Sang Buddha mengunjungi kota mereka. Sang Buddha datang dan menyuruh Bhikkhu Ananda untuk memanjadkan parita Ratna Sutta sambil berjalan dan memercikan air dari pattanya di sepanjang jalan yang dilaluinya. Akibatnya penyakit lenyap dan kota vesali aktif lagi. Selain pemberkatan kegiatan yang biasanya dilakukan jika kebaktian dihadiri bhikkhu adalah pelimpahan jasa dengan cara tuang air. Kegiatan ini bertujuan membantu umat untuk konsentrasi kepada sanak saudaranya yang akan dibantu dengan pelimpahan jasa. Pelimpahan jasa ini didasarkan pada peristiwa yang terjadi dimasa Sang Buddha. Disebutkan saat Sang Buddha mengunjungi Raja Bimbisara, Raja berdana makanan pada Sang Buddha, dan lupa melakukan pelimpahan jasa kepada sanak saudaranya yang terlahir di alam peta. Mereka marah dan mengganggu Raja Bimbisara, setelah mendapatkan saran dari Sang Buddha untuk melakukan pelimpahan jasa, dan Raja Bimbisara melaksanakannya maka beliau tidak diganggu lagi.
Kebaktian yang tidak dihadiri bhikkhu maka yang ceramah atau yang memberikan Dhammadesana adalah Pandita, atau Dhammaduta. Jika kebaktian dilakukan secara bersama-sama, maka salah satu dapat menjadi pemimpin kebaktian yang bertugas untuk memimpin jalannya kebaktian agar lancar dan tertip.
Umat Buddha melakuka puja bakti menghadap Altar. Altar adalah meja sembahyang tempat meletakkan perlengkapansarana kebaktian seperti:
1. Buddha rupang (patung Buddha) yaitu sebagai obyek meditasi dan untuk mengingat jasa Sang Buddha
2. Hio atau dupa, sebagai lambang keharuman dhamma Sang Buddha
3. Lilin, yaitu sebagai lambang penerangan
4. Air, sebagai lambang kesucian dan kerendahan hati
5. Bunga, sebagai lambang ketidak kekalan.

CANDI-CANDI BUDDHIS DI INDONESIA

Candi-candi Buddhis pada umumnya merupakan perbesaran dari stupa. Stupa adalah tempat penyimpanan relik (sisa-sisa tulang yang mengkristal), atau tempat menyimpan abu jenajah seorang raja. Jika kita sebagai uat Buddha mendatangi candi-candi kita harus melakukan penghormatan dengan bersikap anjali dan selanjutnya ber namaskara, sebagai penghormatan kepada candi-candi, kita harus menjaga kelestarian candi candi dengan tidak merusak bangunan yang agung itu, dan kita harus bersikap sopan ketika memasuki candi. Dengan menjaga kelestarian candi berarti kita telah melakukan penghormatan kepadanya.

Candi Buddhis terletak dibeberapa tempat yaitu:

1. Jawa Tengah


a. Candi Borobudur

Candi borobudur terletak di Borobudur, Mungkid, Magelang Jawa Tengah. Candi ini didirikan kira-kira tahun 800 Masehi oleh Wangsa Syailendra yang merupakan pengikut Buddha yang setia. Di Candi ini puncak perayaan Waisak Nasional diadakan setiap tahun. Candi Borobudur terkenal pula dengan sebutan candi seribu Buddha, karena disini terdapat banyak Buddha rupang, dalam stupa maupun pada relung-relung di dinding candi. Candi boro Budur disusun seperti limas berundak-undak terdiri sembilan tingkat semakin ke atas semakin kecil ukurannya untuk akhirnya diberi mahkota sebuah stupa yang besar sekali.. Di setiap dinding dari tingkatan candi ini terdapat relif (gambar pahatan) yang menceritakan tentang kehidupan manusia dan riwayat hidup Buddha Gotama, Jenjang atau teras candi di bagi tiga tingkat yaitu:
1. Kaki candi (paling bawah) tingkat Kama Dhatu yaitu tingkat manusia yang hidupnya masih dikuasai hawa nafsu. Pada dinding ini terdapat relief yang menggambarkan tingkah laku baik dan buruk dan segala akibatnya.
2. Teras satu sampai lima adalah tingkat rupa dhatu, yaitu tingkat untuk para Bhodisatva calon Buddha kehidupan orang yang sudah bisa mengekang hawa nafsu, tapi masih mengenal keduniawian.
3. Teras 6,7,8,9 adalah tingkat Arupa Dhatu yaitu tingkatan untuk para Buddha, bila meninggal akan mencapai Nibbana.

Candi Borobudur bentuknya empat persegi Panjang 123 M, Tingginya 42 Meter. Jumlah patungnya 504 buah, jumlah stupanya 72 stupa. Candi ini merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia sehingga menjadi obyek turis lokal maupun manca negara.

b. Candi Pawon
Candi Pawon terletak dalam satu garis lurus dari candi Mendut dan candi Borobudur, diduga merupakan makam seorang raja. Pahatan candi ini menandakan pendahulu dari Candi Borobudur. Candi Pawon terletak kira-kira 1,5 Km dari candi Borobudur. candi ini hanya kecil, terdiri dari satu stupa, candi ini yang dilewati saat prosesi dari candi mendut menuju Borobudur.

c. Candi Mendut
Candi Mendut didirikan oleh raja Indra dari dinasti Syailendra pada tahun 824 dan diduga lebih tua dari candi Borobudur. Candi Mendut terletak di desa Mendut, Mungkid Magelang. Di Candi ini terdapat tiga buah patung yaitu: Patung Buddha Sakyamuni terletak di tengah, patung Bodhisatva Avalokitesvara terletak disebelah kiri, dan patung Bodhisatva Maitreya disebelah kanan. Avalaokitesvara di candi Mendut memakai mahkota bergambar Amitabha oleh karena itu dinamakan Padmapani, memegang sebatang bunga teratai merah di tangannya. Candi mendut didirikan untuk menghormati para Bodhisatva. Saat Vaisak prosesi diawali dari candi mendut, pawon dan puncaknya candi Borobudur.

d. Candi Kalasan
Candi Kalasan diduga sebagai candi Buddhis yang tertua di Jawa Tengah yang dibangun oleh putra Sanjaya, Penangkaran, raja kedua dari kerajaan Mataram kuno, untuk memuja dewi Tara. Prasasti Kalasan ditulis dalam bahasa Sansekerta, dengan demikian kesimpulannya bahwa agama Buddha Mahayana di Jawa Tengah telah berkembang penuh. Candi Kalasan terletak di Kota Yogyakarta, candi ini bangunnanya sama sisi, seperti ketupat dasarnya bagian bawahnya berbentuk mandala. Didalam candi terdapat ruang yang ada altarnya. Diinformasikan bahwa di candi ini ditemukan patung kecil yang terbuat dari emas. Candi kalasan terletak tidak jauh dari kota Yogyakarta, pada sebelah kanan jalan dari Jogja ke Solo

e. Candi Sambisari
Candi Sambisari terletak di Yogyakarta, di candi ini terdapat tiga ruangan yang dulunya tiap-tiap ruangan ada rupangnya. Namun sekarang rupangnya tidak ada lagi. Candi ini terletak tidak jauh dan berada di sebelah timur dari candi kalasan.

f. Candi Sewu
Candi Sewu terletak di Yogyakarta. Candi ini merupakan komplek candi-candi yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar, terdiri dari candi induk berpuncak sebuah stupa yang dikelilingi oleh sekitar 250 candi-candi kecil. Karena banyak sekali candi-candi kecil di komplek ini maka orang menyebutnya candi sewu atau candi seribu. Dalam candi besar maupun candi kecil dulunya terdapat rupang tetapi sekarang tidak ada lagi. Candi ini terletak tidak jauh dari Candi Prambanan (candi Hindu) dibangun kira-kira tahun 1098 M

g. Candi Plaosan
Candi Plaosan dibangun oleh Rakai Panangkaran sebagai hadiah untuk permaisurinya yang beragama Buddha Mahayana. Candi Plaosan terletak di Yogya kira-kira 2 km dari candi Sewu di sini terdapat beberapa buah candi tetapi yang besar ada dua buah. Di dalam ruang masih terdapat rupang tetapi dalam keadaan yang rusak

2. Di Jawa Timur

1. Candi Jago terletak di Tumpang, Malang, Jawa Timur. Candi ini berlantai dua, dindingnya terdapat relief cerita yang bersumber pada kitab Lalitavistara
2. Candi Kidal terletak ke arah kota Malang, Jawa Timur disekitar candi ini masih terdapat beberapa candi kecil. Candi ini mirip candi pawon di jawa tengah.

2. Di Riau
Candi yang terdapat di Riau yaitu Candi Muara Takus. Candi ini berbentuk Stupa, terletak kira-kira 2000 Km di sebelah barat kota Pekan Baru, Riau.

Kelas 3 Semester 2

Sigalovada Sutta

Sigalovada Sutta adalah kotbah yang disampaikan oleh Sang Buddha kepada pemuda yang bernama Sigala.
Sigalovada Sutta dibabarkan Sang Buddha di kota Rajagaha, di sebuah hutan Bambu.
Sigala adalah seorang pemuda yang tidak mau mendengar kata orang tuanya.
Sebelum meninggal dunia ayahnya berpesan agar di waktu pagi hari sebelum matahari terbit, Sigala harus membasahi rambut dan pakaiannya lalu menyembah ke berbagai arah bumi dan langit.
Setelah ayahnya meningal dunia Sigala melakukan nasihat ayahnya.
Pagi-pagi sekali Sigala ke sungai membasahi Rambut dan pakaiannya.
Sigala lalu menyembah enam arah yaitu arah Timur, arah Barat, arah Utara, arah Selatan, arah Bawah dan arah Atas.

A. Isi Sigalovada Sutta

Pada waktu Sigala sedang menyembah keenam arah, ia bertemu dengan Sang Buddha, Sang Buddha kemudian menasehatinya, bahwa cara yang dilakukan itu tidak benar.
Sigala menyembah 6 arah dengan maksud :
Arah Timur berarti menghormat kepada ayah dan ibu
Arah Selatan berarti menghormat kepada Guru
Arah Barat berarti menghormat kepada istri dan anak
Arah Utara berarti menghormat kepada sahabat atau teman
Arah Atas berarti menghormat kepada pertapa atau Brahmana
Arah Bawah berarti menghormat kepada pelayan atau buruh
Sang Buddha meluruskan pandangan dan pengertian Sigala tentang cara menghormat yang benar.
Sang Buddha menjelaskan bahwa hidup adalah saling bergantungan. Kita tidak dapat hidup sendiri, selalu bergantung kepada orang lain. Dan memerlukan bantuan dan pertolongan orang lain. Oleh karena itu kita harus menjauhkan diri dari sifat sombong, tinggi hati dan mementingkan diri sendiri. Kita hendaknya hidup saling mengasihi, karena semua manusia ingin hidup bahagia.

B. Kewajiban Anak terhadap orang tua

Saat ini kita dapat hidup di dunia ini, dapat bermain, bersekolah, dan lain-lain karena ada orang yang berjasa pada kita yaitu orang tua kita.
Ayah dan ibu telah bekerja keras untuk kebahagian kita, kita tidak boleh melupakan jasa orang tua kita. Orang tua telah merawat kita, memelihara kita, membesarkan kita, mendidik kita, karena orang tua kita ingin anak-anaknya maju dan hidup bahagia. Orang tua telah berkorban demi kita, kita banyak berhutang budi kepada orang tua. Kasih sayang orang tua sangat besar pada kita. Kita harus dapat membalas jasa kebajikan orang tua kita.
Menjadi anak yang baik, patuh kepada orang tua, mendengarkan nesihat orang tua, tidak membenci kala orang tua bersalah, berbicara sopan, mudah dilayani adalah salah satu cara membalas budi orang tua kita.

Menurut Sigalovada Sutta, seorang anak mempunyai 5 (lima) macam kewajiban yang harus dilakukan terhadap orang tuanya. Lima kewajiban itu adalah :

1. Merawat orang tua ketika mereka telah lanjut usia.
2. Membantu menyelesaikan urusan orang tua
3. Menjaga kehormatan keluarga dengan baik
4. Menjaga warisan keluarga dengan baik
5. Melakukan perbuatan baik pada orang tua yang telah meninggal

Kisah Burung Nuri Muda

Terdapat suatu kisah seekor burung Nuri yang dibesarkan oleh kedua orang tuanya. Dengan kasih sayangnya setiap pagi orang tua burung Nuri selalu bergantian menjaga dirinya, jika ayahnya pergi mencari makanan, maka ibunya yang menjaganya. Jika ibunya pergi mencari makanan maka ayahnya menjaganya dengan penuh kasih sayang. Setelah cukup umur dan kuat si Nuri kecil diajarkan untuk terbang dan mencari makan. Demikianlah hal ini berlangsung dalam waktu lama hingga Si Nuri tumbuh menjadi seekor burung yang gagah dan kuat, sedangkan kedua orang tuanya telah tua dan tidka mampu terbang lagi. Kedua orang tuanya tinggal di atas sebatang pohon pada sebuah sarang. Setiap pagi si Nuri muda pergi mencari makanan, dia menemukan ladang padi petani yang subur. Setiap habis makan ia selalu membawa setangkai padi untuk diberikan kepada kedua orang tuanya. Pada suatu hari si Nuri ditangkap oleh penjaga ladang dan diserahkan kepada petani. Lalau si nuri ditanya oleh petani itu : “Mengapa kamu selalu membawa biji-biji padi itu dari ladangku”. Si Nuri Muda menjawab : “Tugasku adalah membawa makanan untuk kedua orang tuaku yang sudah tua dan tidak dapat terbang lagi”. Petapi mengerti perbuatan si Nuri itu, lalu dibiarkannya burung itu pergi dan membawa biji-biji padinya.

Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

Anak yang baik tidak akan menyakiti orang tuanya. Karena orang tua telah banyak berkorban harta, tenaga, waktu dan pikiran untuk membesarkan anak-anaknya. Orang tua mempertaruhkan nyawanya ketika ia melahirkan. Menghabiskan harta benda untuk mendidik aank-anaknya. Ia rela menahan haus dan lapar agar anaknya dapat tumbuh sehat dan kuat. Orang tua akan bersedih ketika melihat anaknya mengalami kesulitan.

Tanggung jawab orang tua kepada anak sangatlah besar. Lima kewjiban yang harus dipenuhi oleh orang tua terhadap anak-anaknya adalah :

1. Mencegah anaknya berbuat jahat
2. Mengajarkan anak-anaknya berbuat baik
3. Memberikan pendidikan dan latihan pekerjaan pada anak-anaknya
4. Mencarikan pasangan yang sesuai untuk anak-anaknya
5. Menyerahkan warisan tepat pada waktunya.

Orang tua sangat mengharapkan anak menjadi anak yang baik, berbudi luhur, dapat berguna bagi keluarga, agama, masyarakat, bangsa dan negara.

Kisah kelahiran Ajatasattu.

Dahulu kala hiduplah seorang raja bijaksana yang bernama Bimbisara. Istrinya bernama Kusala Dewi. Pada awal kemahilannya Ratu Kusala Dewi merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya, sesuatu yang tidak biasanya diinginkan oleh seseorang yang hamil muda. Pada umumnya orang yang hamil muda ingin makanan yang bersifat asam atau makanan yang disukainya, akan tetapi ratu Kusala Dewi ingin minum darah dari Raja Bimbisara. Lama keinginan sang ratu dipendamnya hingga tubuhnya menjadi kurus. Raja Bimbisara menyadari perubahan yang terjadi pada diri ratu Kusala Dewi, maka raja menanyakannya, tetapi sang ratu selalu mengelak dan membohongi sang Raja bahwa tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Raja Bimbisara tidak mau menyerah begitu saja dan terus mendesak agar ratu Kusala dewi mau mengutarakan niatnya. Akhirnya dikatakanlah keinginannya itu, untuk meminum darah Raja Bimbisara. Dengan senang hati Raja Bimbisara memenuhi permintaan istrinya. Beberapa hari kemudia Raja Bimbisara memanggil seorang peramal untuk meramalkan bayinya. Sang peramal meramalkan bahwa bayi itu akan menjadi musuh ayahnya. Mendengar ramalan itu ratu Kusala Dewi berniat menggugurkan kandungannya, namun niat itu dicegah oleh raja Bimbisara dan lahirlah seorang bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Ajatasattu yang berarti musuh yang belum lahir. Raja Bimbisara dan ratu Kusala Dewi sangat mencintai puteranya. Pada suatu hari Ajatasattu menangis dan tidak mau terdiam, karena ditangannya tumbuh penyakit bisul yang kian hari kian membesar. Melihat anaknya menangis terus menerus raja Bimbisara kemudian memeluknya dan menghisap bisul yang telah membesar itu, bisul itu lalu pecah didalam mulut raja Bimbisara, darah dan nanah juga ikut ditelannya (bersambung)


C. Kewajiban SiswaTerhadap Guru

Kita bisa membaca, menulis dan berhitung, jadi pintar, punya ketrampilan karena jasa seorang guru, oleh karena itu sudah sewajarnya jika kita menghormati guru kita. Bapak dan ibu guru telah memberikan pengetahuan kepada kita, membimbing kita dan mendidik kita untuk menjadi anak yang baik, pintar dan berbudi luhur.

Sang Buddha adalah Guru Agung kita, Sang Buddha sangat mencintai siswa-siswanya. Dengan cinta kasih dan kasih sayangnya, siswanya dibimbing dan diajarkan agar memperoleh kebahagiaan seperti diri-Nya, agar siswanya terbebas dari penderitaan. Sang Buddha senantiasa menunjukkan hal-hal yang pantas dilakukan dan yang tidak pantas dilakukan, menunjukkan hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak baik, semuanya demi kebahagiaan siswanya bukan untuk keuntungan dirinya sendiri.
Guru yang baik tidak akan merahasiakan sesuatu yang diketahuinya.

Murid yang baik akan :
1. Mendengarkan dengan baik ketika guru menerangkan
2. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
3. Menanyakan sesuatu yang belum jelas

Seorang siswa mempunyai lima macam kewajiban terhadap gurunya :
1. Memberikan penghormatan kepada guru
2. Melayani gurunya
3. Bertekad kuat untuk belajar
4. Memberikan jasa-jasanya
5. Memperhatikan dengan baik sewaktu diberi pelajaran.

Sikap-sikap yang harus dihindari seorang siswa terhadap gurunya antara lain :
1. Menghina atau mencela guru
2. Mengejek guru
3. Membuat gaduh waktu pelajaran
4. Melukai guru baik dengan ucapan atau dengan perbuatan

HARI RAYA AGAMA BUDDHA

Umat Buddha memiliki 4 (empat) hari besar yang diperingati setiap tahun. Empat hari besar itu adalah hari raya Magha Puja, Waisak, Asadha dan Kathina.


1. Hari Raya Magha Puja

Hari raya Magha Puja diperingati antara bulan Februari-Maret.
Hari raya Magha Puja memperingati 4 (empat) peristiwa besar yang terjadi di Veluvana (hutan Bambu). Empat peristiwa tersebut adalah :
a. Berkumpulnya 1250 bikhhu Arahat (tingkat kesucian tertinggi)
b. Semuanya tahbiskan sendiri oleh Sang Buddha
c. Mereka datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
d. Sang Buddha mengajarkan Ovada patimoka yang merupakan inti ajaran para Buddha yang berbunyi : “JANGANLAH BERBUAT JAHAT, PERBANYAKLAH PERBUATAN BAIK, SUCIKAN PIKIRAN, ITULAH INTI AJARAN BUDDHA”

2. Hari Raya Waisak

Hari raya Waisak diperingati antara bulan Mei-Juni.
Hari raya waisak memperingati tiga peristiwa penting yang terjadi pada bulan Waisak, saat purnama sidhi (bulan terang). Tiga peristiwa itu adalah :
a. Lahirnya bodhisatva Sidharta di Taman Lumbini
b. Pertapa Sidharta menjadi Buddha di Buddha Gaya
c. Sang Buddha meninggal dunia di Kusinara

Hari raya Waisak ini biasa disebut Buddha Day dan diperingati oleh umat Buddha di seluruh dunia. Perayaan Waisak dilakukan umat Buddha untuk mengenang kembali jasa-jasa Sang Buddha yang telah berjuang dengan usahanya sendiri untuk menolong manusia dari penderitaan. Juga untuk mengingatkan bahwa pernah ada manusia suci, yang agung dan bijaksana lahir di dunia ini. Peringatan Waisak juga bertujuan meningkatkan keyakinan terhadap Sang Buddha dan ajaran-Nya. Pada Perayaan waisak kita memuji Buddha dengan mengucapkan Namo Buddhaya. Hari raya waisak sebagai hari libur nasional sejak tahun 1983, upacara untuk perayaan secara nasional di pusatkan di candi Mendut dan Borobudur.

3. Hari Raya Asadha

Hari raya Asadha diperingati antara bulan Juli-Agustus setiap tahunnya.
Hari raya Asadha dikenal sebagai hari Pemuaran Roda Dhamma yang Pertama, yaitu pertama kali Sang Buddha mengajarkan ajarannya kepada lima orang Pertapa, di Taman Rusa Isipatana, di Benares. Lima orang pertapa itu adalah Kondanna, Badhiya, Vappa, Assaji dan Mahanama. Pemutaran Roda Dhamma yang pertama dikenal dengan sebutan DHAMMA CAKKA PAVATANA SUTTA”. Inti kotbah yang disampaikan oleh Sang Buddha adalah menghindari 2 (dua) hal yang ekstrim yaitu pemuasan nafsu keinginan indria dan penyiksaan diri. Karena dua hal itu tidak memberikan manfaat untuk mencapai kesucian. Pada hari Asada kita memuji Dhamma dengan mengucapkan Namo Dhammaya artinya terpujilah dhamma


4. Hari raya Kathina

Hari Raya Kathina diperingati antara bulan Oktober-November.
Di dalam upacara Katina, umat mempersembahkan dana kepada sangha, dan para bhikkhu yang mewakili sangha untuk menerima persembahan dana dari umat, tidak boleh kurang dari 4 orang bhikkhu. Upacara Kathina yang sesungguhnya tidak boleh kurang dari 5 orang bhikkhu. Ada beberapa syarat suatu upacara Kathina yang sesungguhnya, yaitu:
a. Upacara Kathina hanya bisa dilakukan apabila di vihara (yang ada simanya) bervasa minimal 5 bhikkhu
b. Kelima bhikkhu tersebut harus melaksanakan vassa dengan sempurna
c. Kathina dana harus dipersembahkan di dalam masa katina yang dalam bahasa pali disebut “Kathina Kala atau civara Masa” artinya persembahan katina harus dilakukan di bulan Kathina atau bulan Pembuatan Jubah; tidak boleh di lakukan sebelum Kathina kala ataupun sesudah Kathina Kala
d. Kathina Dana yang dipersembahkan umat harus berupa Kathina Dusang atau kain/bahan pembuat jubah.
e. Para bhikkhu bermusyawarah siapa yang patut menerima jubah (karena jubah katina hanya satu)
f. Pada hari itu juga kain dipotong, dijahit, dikeringkan dan harus siap dipakai pada hari itu juga
g. Sangha memberikan anumodana kepada bhikkhu yang telah menerima jubah katina

Kalau umat mempersembahkan dana kepada Sangha pada saat Kathina Dana, bukan berarti dana itu akan dibagi untuk 5 bhikkhu tersebut, tetapi dana tersebut akan dipergunakan oleh semua bhikkhu dari mana pun juga. Berdana kepada sangha berarti berdana kepada sangha yang lampau, Sangha sekarang dan sangha yang akan datang. Dan bukan berarti berdana kepada pribadi bhikkhu.

Dana yang dapat diberikan kepada para bhikku yaitu 4 kebutuhan pokok (catupacaya) yaitu: pakean/jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan. Selain itu kebutuhan penunjang lainnya misalnya: sandal jarum, sabun alat mencukur rambut, alat tulis dll.

Riwayat terjadinya Kathina

Pada zaman dahulu, di zaman Sang Buddha Gotama, ada serombongan 30 orang Bhikkhu yang berjalan dari kota kecil Pava menuju Savatthi untuk menghadap Sang Buddha, karena Sang Buddha bersemayam di kota Savatthi. Di tengah perjalanan, rombongan bhikkhu ini berhenti karena musim vassa telah datang. Musim vassa artinya musim hujan – yang di India dimulai dari bulan oktober-juli sampai dengan oktober November. Karena musim hujan sudah datang, dan Sang Buddha sudah menggariskan peraturan bahwa selama musim hujan para bhikkhu tidak boleh bepergian, melainkanharus tinggal disuatu tempat tertentu: sebab jalan akan menjadi becek, dan akan menyusahkan para bhikkhu, sedangkan kalau para bhikkhu tinggal di hutan, binatang-binatang kecil akan terganggu, maka selama 3 bulan masa vassa tersebut para bhikkhu harus tinggal diam di suatu vihara. Tersebutlah ke 30 orang rombongan bhikkhu ini, sebelum sampai menghadap Sang Buddha di savati, di kota kecil Sageta, hujan sudah turun, Apa boleh buat para bhikkhu harus bervasa di kota kecil Sageta selama 3 bulan. Setelah musim hujan berlalu walaupun kadang masih turun huja juga, ke 30 bhikkhu ini melanjutkan perjalanan menghadap Sang Buddha. Apa yang terjadi sesudah mereka tiba di Vihara Jetavana di Savathi, pakean/jubah mereka menjadi compang camping oleh lumpur, juga lusuh dan basah semuanya, sedangkan mereka tidak punya jubah pengganti. Jubah para bhikkhu pada zaman dulu sebelum ada upacara Kathina dibuat dari kain-kain yang dibuang. Kalau ada mayat yang akan dibakar yang ditutup dengan kain, maka sebelum mayat tersebut dibakar, para bhikkhu megambil kain putih tersebut kemudian dijarum sendiri untuk dijadikanjubah, sehingga corak dari jubah itu beraneka warna. Untuk keseragaman Sang Buddha menganjurkan untuk mencelup dengan warna yang sama.
Ketika melihat 30 bhikkhu yang berpakaian compang camping dan berlumpur, Sang Buddha menjadi kasihan sekali dan muncul rasa sayang yang luar biasa kepada mereka. Kemudianada umat yang sangat berbakti Visakkha dan Anathapindika, minta izin kepada Sang Buddha agar mengizinkan mereka untuk mempersembhkan bahan /kain jubah yang cukup untuk 30 bhikkhu yang kedinginan dan rusaj jubahnya. KemudianSang Buddha memberi izin. Sejak saat itulahtimbul Upacara Kathina, yang masanya selama 1 bulan,

Sabtu, 05 Juni 2010

Kelas 2 Semester 2

PANDIT SENAKA
(Cerita tentang kebijaksanaan)

Pada suatu ketika Bodhisatva terlahir sebagai anak dari keluarga brahmana, bernama Senaka. Ia amat baik budi dan bijaksana selalu menasehati orang-orang disekitarnya untuk berbuat baik, juga memperhatikan kesejahteraan dan kehidupan spritual mereka.
Pada waktu itu, terdapat seorang brahmana tua yang kaya raya, mempunyai beribu-ribu uag emas. Ia menitipkan uangnya untuk disimpan ke satu keluarga kenalannya. Tetapi keluarga itu menggunakan uang milik brahmana tua itu seperti miliknya sendiri, mereka lalu mengawinkan brahmana tua dengan seorang gadis. Brahmana tua itu merasa gembira dengan pernikahanya ini mereka hidup bahagia untuk beberaa waktu lamanya.
Tidak lama kemudian, istri brahmana tua itu menjadi jahat, ia ingin hidup bebas dan menyuru suaminya pergi, lalu ia menyiapkan nasi goreng dan tepug untuk bekal diperjalanan dan memasukkannya ke dalam tasnya. Ia lalu pergi meninggalkan rumahnya berkelana dari satu tempat ketempat lain untuk meminta-minta.
Pada suatu hari, dengan perut yang lapar, ia beristirahat di bawah sebuah pohon dan membuka tas, mengambil bekaldan memakannya, Ia hanya makansedikit dan membiarkan tasnya itu terbuka, Ia lalu pergi menuju sungai untuk minum. Ternyata disekitar tempat itu ada seekor ular berbisa yang mencium bau tepung lalu masuk kedalam tas itu. Brahmana tua itu balik kembalidari sungai, ia tidak menyadari ada ular berbisa di dalam tas, lalu menutup tas itu dan membawanya pergi.
Ada 3 dewa yang megetahui hal tersebut, berkata: “O brahmana, kalau kamu pulang istrimu mati, kalau kamu tetap di jalanmaka kamu mati.” Dengan ketakutan brahmana tua itu tidak tahu apa yang harus dilakukannya, ia tidak mengerti arti kata-kata itu.
Beruntunglah hal itu terjadi pada saat bulan purnama. Banyak orang berkumpul mendengarkan kotbah Pandit Senaka. Brahmana Tua yang ketakutan lalu masuk keruangan tempat pertemuan itu dan duduk dipojok ruangan. Pandit Senaka yang melihat Brahmana Tua itu menangis dengan mata dewanyasegera mengerti apa yang telah terjadi.
Ia lalu meminta seseorang untuk membawa tongkat yang panjang dan membuka tas itu. Dengan segera ular berbisa itu keluar dari dalam tas. Orang-orang lalu menggiring ular itu keluar ruangan tanpa melukainya, dan brahmana itu selamat karena kebijaksanaan Boddhisatva.


SERIVANIJA JARATA
(Cerita tentang kejujuran)

Lima ribu tahun yang lalu, di kerajaan Kasi, India hiduplah dua orang pedagang yang menukarkan beraneka ragam barang denga priuk dan wajan. Priuk dan wajan itu kemudian mereka jual dengan keuntungan yang pantas. Kedua pedagang dikenal dengan nama Sarivan. Salah satunya adalah Bodhisatva dan lainnya tidak berprinsip.
Suatu hari mereka berdua setuju pergi ke kota Andhapura yang terletak dekat dengan sungai Telavana. Tiba disana mereka memutuskan untuk pergi ke arah yang berlainnan, agar dapat menggunakan sebaik-baiknya kesempatan tersebut. Pada zaman itu jika seorang gagal, maka yang lainnya akan mendapatkan hak untuk berjualan di sana. Di daerah pinggiran hiduplah seorang gadis kecil dengan neneknya. Mereka sangat miskin. Keluarga mereka dulunya adalah pedagang besar dan sukses. Tetapi mereka semua musnah bersama kekayaannya. Dua orang yang selamat, hidup dalam kemalangan. Mereka bekerja sebagai pelayan di tempat orang kaya.
Pedagang yang tidak berprinsip tadi pergi menuju tempat mereka tinggal untuk mencoba menawarkan barang sekalipun dengan tidak jujur. Melihat priya tersebut, sigadis kecil yang masih kekanakan meminta neneknya untuk mendapatkan perhiasan mainan. Si nenek sadar atas keadaan mereka mengatakanpada si gadis kecil kalau mereka tidak memiliki apapun yang bernilai untuk ditukarkan.
Kemudian si gadis kecil melihat ada mangkuk kotor dan tertutup jelaga tergeletak di antara periuk dan wajan. Ia meminta kepada neneknya untuk menukar itu dengan perhiasan mainan. Si nenek meragukan nilainya. Denan ragu-ragu ia menawarkan kepada si pedagang.
Seriwan ketika menyadarinya beratnya mangkok itu ia mengores permukaannya tanpa terlihat oleh si gadis kecil dan neneknya bahwa mangkuk itu adalah emas. Keserakahan segera menlingkupi penjual. Sebagai orang yang tidak berpripsip ia benar-benar berfikir untuk menipu mereka berdua, berpura-pura marah dengan tampang jengkel membanting makung ke tanah, dan berkata bahwa barang tersebut tidak ada harganya, dan sambil berlalu dengan berjalan lambat, dia tentu saja ingn kembali untuk membeli denan harga yang murah.
Sesuai denganperjanjian di antara kedua Serivan, sekarang yang satunya Bodhisatva datang mencoba keberuntungan di tempat kedua orang miskin tersebut tinggal. Sigadis kecil tak pernah lehilangan harapan untuk memiliki hiasan mainan, maka meminta neneknya untuk menukar mangkuk dengan mainan, walaupun awalnya ragu akhirnya nenek tersebut memenuhi juga keinginan cucunya. Si pedagang tanpa banyak berpikir menyadari menyadari nini benarbenar bernilai. Dengan penuh kejujuran ia mengatakan kepada mereka berdua kalau mangkuk itu benar-benar bernilai seratus ribu keping dan dia tidak memiliki barang atau uang sebanyak itu sebagai gantinya. Nenek tersersebut terkejut, ia mengatakan berapa saja dia akan jual demi cucunya. Sang Bodhisatva memberikan 500 kepeng uang dan barang-barang lain miliknya. Kini nenek dan si gadis kecil tidak miskin lagi.




PERATURAN, HIRI DAN OTTAPA


A. PERATURAN

Pada hakekatnya peraturan dibuat untuk mengatur, bukan untuk mempersulit atau menghambat langkah kegiatan. Kita mengenal bermacam-macam peraturan. Misalnya tata tertib atau peraturan sekolah dan peraturan lalu lintas.
Peraturan sekolah mengatur pakaian seragam sekolah, kapan harus membayar uang sekolah, hukuman bagi siswa yang membolos, hukuman bagi yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah.
Peraturan lalu lintan mengatur jalannya lalu lintas. Misalnya berjalan harus hati-hati. Berjalan harus sebelah kiri dan kalau mendahului harus dari sebelah kanan supaya tidak menggangu lalu lintas.

B. HIRI DAN OTTAPA

Di dunia ini selalu ada kekacauan, ada permusuhan, ada pertengkaran, ada peperangan karena manusia tidak memiliki rasa malu untuk berbuat jahat dan rasa takut terhadap akibat perbuatan jahat yang dilakukannya. Bila setiap orang malu berbuat jahat dan takut akan akibatnya maka dunia akan aman, damai dan sejahtera.
Hiri dan Ottapa adalah Dhamma Pelindung Dunia, yang dapat melindungi dunia dari kehancuran.


1. Hiri

Kata hiri berasal dari bahasa Pali yang berarti rasa malu untuk berbuat jahat. Karena tidak memiliki rasa malu untuk berbuat jahat maka seseorang dapat melakukan pembunuhan, pencurian, berbicara kasar, berbuat tidak senonoh, mabuk-mabukan, dan sebagainya. Bila seseorang sering melakukan perbuatan jahat maka penderitaan akan selalu mengikutinya.
Kita harus melatih Hiri di dalam diri kita. Sekecil apapun perbuatan jahat, kita harus menghindarinya, kita harus malu melakukannya.

2. Ottapa

Kata Ottapa berasal dari bahasa Pali. Ottapa berarti perasaan takut akan akibat perbuatan jahat. Sang Buddha mengajarkan bahwa kita harus menghindari perbuatan jahat. Perbuatan jahat akan membuat hidup kita menderita. Rasa takut berbuat jahat ada di dalam pikiran kita. Bila pikiran kita jahat maka ucapan dan perbuatan jasmani kita akan menjadi jahat. Takut berbuat jahat hidup akan bahagia. Setiap makhluk mempunyai hak untuk hidup. Kita harus menghargai hak hidup mereka, kita tidak boleh mengambilnya. Kita harus mengetahui bahwa setiap perbuatan baik atau jahat dengan pasti akan memberikan akibat. Banyak berbuat baik akan memperoleh kebahagiaan. Sebaliknya, banyak berbuat jahat akan memperoleh penderitaan.


Gita (lagu)
Malu dan Takut

Jadi anak jangan pemalu
Apalagi malu-maluin
Jadi anak jangan penakut
Apalagi suka nakut-nakutin

Boleh malu kalau berbuat jahat
Boleh takut kalau berbuat salah
Maka jadilah engkau anak yang baik
Sesudah besar jadi orang berguna


PERBUATAN JAHAT DAN PERBUATAN BAIK

A. Perbuatan Jahat

Perbuatan jahat adalah perbuatan yang merugikan diri sendiri dan juga makhluk lain. Kita harus berusaha menghindarinya. Perbuatan jahat dapat terjadi karena adanya kebencian (Dosa), keserakahan (Lobha) dan Kebodohan (Moha) di dalam diri kita.
Sikap benci muncul karena rasa tidak senang terhadap kebahagiaan atau keberuntungan orang lain. Kebencian yang disimpan akan menjadi dendam yang sewaktu-waktu dapat timbul kalau orang yang tidak kita senangi dekat dengan kita.
Keserakahan adalah keinginan untuk memuaskan nafsu indria. Kita harus berusaha untuk mengurangi keserakahan. Orang yang serakah tidak pernah merasa puas, selalu menginginkan lebih. Sedangkan kebodohan adalah tidak mengetahui segala sesuatu sebagaimana adanya. Orangnya bersifat masa bodoh, ia tidak mengetahui mana perbuatan baik dan yang mana perbuatan buruk. Ia tidak memiliki kebijaksanaan dalam melakukan perbuatan.
Perbuatan jahat dapat timbul melalui 3 (tiga) tempat yaitu melalui ucapan, pikiran dan badan jasmani.
Berkata kasar, berbohong, memfitnah, mencaci maki, omong kosong adalah perbuatan jahat melalui ucapan.
Membunuh, mencuri, berjinah (perbuatan tidak senonoh) adalah contoh perbuatan jahat melalui badan jasmani, sedangkan perbuatan jahat melalui pikiran adalah tamak/serakah, dendam, iri hati, benci, kemauan jahat (berniat jahat).

Akibat Perbuatan Jahat

Adanya sebab maka akan menimbulkan akibat. Perbuatan jahat akan mengakibatkan penderitaan
Orang yang suka berkata tidak benar dapat mengakibatkan ; tidak dipercaya orang lain, lahir bodoh, cacat mental, bicara tidak jelas, mulut berbau busuk, bisu, dan lain-lain

Orang yang suka menyakiti atau membunuh makhluk hidup dapat mengakibatkan berusia pendek, sering sakit-sakitan, lahir cacat, mati terbunuh, dan lain-lain.

Orang yang memiliki pikiran-pikiran jahat ( menyimpan benci atau dendam) dapat mengakibatkan memiliki wajah buruk, dijauhi teman-teman, dan lain-lain.

Semua bentuk perbuatan jahat, jika sering dilakukan akan menyebabkan lahir di alam neraka, di alam setan, di alam raksasa atau di alam binatang.

Dapat terlahir di alam binatang karena kekuatan kebodohan (Moha)
Dapat terlahir di alam setan karena kekuatan keserakahan (Lobha)
Dapat terlahir di alam neraka karena kekuatan kebencian (Dosa)
Dapat terlahir di alam raksasa karena kekuatan iri hati (Issa)


B. Perbuatan Baik

Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan makhluk lain. Seperti juga perbuatan jahat, perbuatan baik dapat timbul melalui ucapan, pikiran dan badan jasmani. Perbuatan baik selalu muncul bersamaan dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan menuntun kita untuk selalu sadar bahwa semua makhluk ingin hidup bahagia.
Bila kita memiliki pikiran jahat maka kita akan banyak melakukan perbuatan jahat.
Bila kita memiliki pikiran baik maka kita akan senang melakukan kebajikan

Keserakahan, kebencian dan kebodohan adalah noda-noda pikiran. Noda-noda pikiran dapat dilenyapnya dengan melakukan meditasi yang benar.

Contoh-contoh perbuatan baik adalah :
a. yang melalui pikiran adalah cinta kasih, kasih sayang, tidak membenci, tidak iri hati
b. yang melalui ucapan adalah jujur, tidak menipu, tidak memfitnah,
c. yang melalui badan jasmani adalah tidak membunuh, tidak mencuri, senang berdana/beramal, tidak asusila


Akibat Perbuatan Baik

Setiap perbuatan baik akan menimbulkan akibat. Kita berbahagia karena perbuatan baik kita telah berbuah. Kebahagiaan yang kita rasakan saat ini adalah akibat dari perbuatan baik yang pernah kita lakukan pada waktu yang lampau, dan sekarang.

Bila seseorang senang melakukan perbuatan baik melalui pikiran, maka sebagai akibatnya ia akan memiliki wajah yang tampan/cantik, dicintai semua makhluk, pintar/cerdas, terbebas dari permusuhan,

Bila seseorang senang melakukan perbuatan baik melalui ucapan maka sebagai akibatnya ia akan dipercaya banyak orang, memiliki susunan gigi yang bagus, suaranya merdu, banyak teman.

Bila seseorang senang berbuat baik melalui jasmani maka ia akan terkahir menjadi orang kaya, sehat jasmani, tidak ada cacat tubuhnya, panjang umur, terbebas dari berbagai penyakit,

Mensucikan Pikiran

Pikiran adalah sumber dari semua perbuatan kita. Pikiran adalah pemimpin. Sebelum kita berbuat melalui ucapan dan badan jasmani selalu didahului oleh pikiran. Oleh karena itu kita harus pandai menjaga pikiran. Salah satu caranya adalah dengan meditasi. Karena dengan meditasi pikiran akan menjadi tenang. Pikiran yang kotor akan membuat kita melakukan banyak berbuat jahat. Yang dapat mengotori pikiran adalah kemalasan, keserakahan, kebencian, iri hati, dendam, dan niat jahat. Meditasi yang benar akan dapat mengatasi kekotoran pikiran.
Kita dapat melatih meditasi setiap waktu. Meditasi yang benar akan dapat mencegah munculnya pikiran-pikiran jahat.


Pikiran yang diarahkan dengan salah akan mencelakakan diri sendiri dan makhluk lain, sedangkan pikiran yang diarahkan dengan benar akan membawa kebahagiaan bagi diri sendiri dan makhluk lain. Jagalah pikiran Anda dengan baik.

SOPAN SANTUN

Kita harus memiliki sikap sopan kepada siapa saja. Sikap sopan santun adalah sikap ramah tamah dan sifat rendah hati. Sikap sopan santun hendaknya kita lakukan dimana saja antara lain:


A. Sopan santun di keluarga
Kita harus sopan terhadap bapak dan ibu, karena bapak dan ibu yang mengasuh kita. Kita harus patuh terhadap bapak dan ibu, karena beliau yang memberikan makanan, pakean menyekolahkan kita, Kita juga harus sopan terhadap nenek, kakek, kakak, adik dan aggota keluarga kita, kita tidak boleh berbicara kasar terhadap keluarga kita.


B. Sopan santun di sekolah
Kita harus sopan terhadap bapak guru dan ibu guru, karena mereka yang membimbing dalam belajar kita, kita harus sopan terhadap teman-teman tidak boleh berbohong, menghina berbicara kasar.
Orang yang beicara kasar suka berbohong tidak akan mempunyai teman, hidupnya selalu menderita dan banyak musuh. Kita juga harus menaati peraturan di sekolah, tidak boleh bercanda didalam kelas, selalu hidup rukun terhadap teman-teman di sekolah, Orang yang hidupnya selalu berprilaku yang sopan akan disenangi banyak orang. Dan orang yang berprilaku sopan akan terlahir di surga.

C. Sopan di masyarakat
Hidup kita selalu berdampingan dengan tetangga, kita harus sopan terhadap tetangga kita, karena tetangga kita adalah saudara yang paling dekat.
Kita saling membantu kalau ada kerepotan, misalnya tetangga sakit, kita menengoknya dan membantunya biar cepat sembuh

Kelas 5 Semester 1

RIWAYAT HIDUP BUDDHA GOTAMA


A. Masa Remaja
Raja Sudhodana sangat mengharapkan agar puteranya menjadi seorang raja, untuk menggantikannya memimpin kerajaan. Sewaktu pangeran telah berusia 16 tahun, raja membangun 3 (tiga) buah istana yaitu istana musim panas (suramma), musim dingin (ramma) dan musim hujan (subha). Untuk membahagiakan puteranya, setiap hari hiburan kesenian, tari-tarian, musik, makanan istimewa selalu disiapkan di istana. Pangeran dilayani oleh wanita-wanita cantik dan pemuda-pemuda yang tampan dan gagah perkasa. Raja Sudhodana tidak ingin melihat puteranya menderita sehingga berbagai macam cara diusahakan agar pangeran Sidharta terpikat dengan kesenangan duniawi. Kehidupan masa remaja pangeran Sidharta penuh dengan kemewahan dan kesenangan.


B. Masa Berkeluarga

Setelah pangeran Sidharta selesai studi dan berusia 16 tahun ia telah menjadi pria muda yang tampan dan gagah, namun perangainya yang suka merenung serta welas asihnya yang tanpa batas membuat ayahnya cemas karena teringat ramalan pertapa Asita bahwa pangeran akanmenjadi Buddha. Atas usulan para mentrinya raja Sudhodana membuat undangan kepada 8000 kerabat Sakya agar mengirimkan anak gadisnya ke pesta, yang diadakan di kerajaan. Namun para orang tua mengacuhkan atau bersikap masa bodoh terhadap undangan itu, karena menganggap pangeran Sidharta tidak paham kesenian, tata pemerintahan dan ilmu perang. Mengetahui hal ini, pangeran Sidharta lalu meminta kepada orang tuanya untuk mengadakan perlombaan (sayembara) untuk memilih seorang gadis tercantik.
Sayembara yang dipertandingkan adalah menunggang Kuda, menjinakkan kuda liar, mengunakan pedang dan memanah. Banyak yang mengikuti sayembara itu, dan sebagai pemenangnya adalah pangeran Sidharta. Dalam sebuah pesta besar yang kemudian diselenggarakan dan dihadiri tidak kurang dari 40.000 gadis cantik, Pangeran Sidharta memilih Yasodhara sebagai isterinya. Yasodhara adalah anak Supabudha dan Ratu Amita, dari kerajaan Kolia. Setelah dinikahkan kekhawatiran raja Sudhodana menjadi berkurang sebab raja Sudhodana selalu ingat ramalan pertapa Asita bahwa kelak pangeran akan menjadi Buddha. Raja sudhodana berharap pangeran akan terikat dengan kesenangan dunia. Sejak kecil pangeran selalu dijaga untuk tidak melihat 4 (empat) peristiwa yaitu orang tua, orang sakit, orang mati dan pertapa suci.


C. Melihat 4 ( empat ) Peristiwa

Sesuai dengan ramalan pertapa Asita dan ramalan 108 Brahmana sewaktu masih kecil, bahwa jika pada suatu saat pangeran Sidharta melihat empat peristiwa maka ia akan meninggalkan istana dan keluargannya menjadi seorang pertapa, dan berjuang untuk menjadi seorang Buddha.Dalam perjalanannya keliling kota melalui empat pintu gerbang kerajaan, dengan ditemani oleh pembantunya yang bernama Channa, Pangeran Sidharta melihat 4 macam pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Empat macam pemandangan itu adalah orang tua, orang sakit, orang meninggal dan seorang pertapa suci. Pangeran menanyakannya pada Channa, dan Channa memberikan penjelasan bahwa kita semua akan menjadi tua, mengalami sakit dan akhirnya meninggal. Setelah melihat 4 peristiwa itu pangeran Sidharta tampak gelisah dan termenung, mencari-cari jawaban, mengapa orang bisa menjadi tua, sakit dan mengalami kematian. Maka timbullah tekad yang kuat dalam diri Pangeran Sidharta untuk menjadi seorang pertapa guna mencari obat agar orang tidak menjadi tua, sakit dan mati.

Kemurungan dan kesedihan pangeran Sidharta dilaporkan kepada Raja Sudhodana, raja menjadi sedih dan merasa khawatir Pangeran akan meninggalkan istana, maka raja Sudhodana memerintahkan untuk sering mengadakan pesta makan dan tari-tarian. Tetapi semuanya tidak dapat mengubah pendirian pangeran Sidharta untuk pergi meninggalkan istana.
Pada suatu kesempatan Pangeran Sidharta meminta ijin kepada ayahnya untuk meninggalkan istana dan keluarga. Namun Raja Sudhodana tidak memberikannya ijin. Sudah berkali-kali Pangeran Sidharta memohon ijin namun selalu ditolak oleh ayahnya, karena pangeran Sidharta adalah satu-satunya putera Mahkota yang akan menggantikan ayahnya menjadi seorang raja.
Ketika sedang merenungkan empat peristiwa secara mendalam, seorang pembantunya datang memberitahukan bahwa istrinya, Yasodhara telah melahirkan seorang bayi laki-laki. Mendengar berita itu pangeran bukannya gembira tetapi mukanya menjadi pucat, kemudian berkata “Sebuah belenggu telah lahir bagiku, ikatan besar telah timbul bagiku (rahulajato badhanam jatam) karena ucapan ini maka Raja Suddhodana memberi nama cucunya RAHULA yang berarti belenggu.



D. Pelepasan Agung

Untuk menyambut kelahiran cucunya raja Sudhodana mengadakan pesta besar dan meriah, tetapi pangeran tidak gembira. Dengan hati-hati ia mendekati ayahnya, memohon ijin untuk mencari obat terhadap usia tua, sakit dan mati. Raja menjadi marah. Kemudian pangeran Sidharta meminta 8 anugerah kepada ayahnya, kalau ayahnya dapat memenuhi ia akan tinggal di istana. Delapan anugerah itu adalah :

1. Anugerah supaya tidak menjadi tua
2. Anugerah supaya tidak sakit
3. Anugerah supaya tidak mati
4. Anugerah supaya ayah tetap bersamaku
5. Anugerah supaya semua wanita yang ada di istana bersama-sama kerabat lain tetap hidup
6. Anugerah supaya kerajaan ini tidak berubah dan tetap seperti sekarang
7. Anugerah supaya mereka yang pernah hadir pada pesta kelahiranku dapat memadamkan semua nafsu keinginannya
8. Anugerah supaya aku dapat mengakhiri kelahiran, usia tua dan kematian.

Raja Sudhodana tetap tidak memberikan ijin kepada puteranya. Pada suatu malam setelah orang-orang di istana tertidur lelap, Pangeran Sidharta pergi meninggalkan istana, anak dan istrinya untuk menjadi seorang pertapa. Kepergianya ini disebut mahabhinikkhamana). Kepergian Pangeran Sidharta ditemani oleh Channa dan menunggang kuda Kanthaka hingga sampailah di tepi sungai Anoma (tidak sia-sia). Kemudian Pangeran Sidharta melepaskan semua tanda kebesaran kerajaan, dan memotong rambutnya yang panjang lalu sambil berkata “Jika aku memang menjadi Buddha, biarlah rambut ini tetap melayang diudara, kalau tidak biarlah rambut ini jatuh ketanah, lalu dilempar keudara. Sungguh mengherankan rambut itu tetap melayang diudara. Sakka raja para dewa dengan segera menampung rambut itu ke dalam keranjang permata lalu didirikan cetiya Culamani untuk meyemayamkan rambut tersebut. Ketika pangeran Sidharta berpikir tidak layak seorang pertama mengenakan baju kerajaan Selanjutnya Brahma Chantikara yang kebetulan sahabatnya jaman Buddha kassapa menyaksikan Bodhisatva tengah melakukan pelepasan agung dari kediamannya dialam Akanittha Brahma ia turun ke dunia manusia mempersembahkan keperluan seorang bhikkhu kepada pertapa Sidharta berupa jubah luar, jubah dalam, kain dalam, ikat pinggang, pisau cukur, jarum dan saringan air. Setelah mengenakan jubah tersebut dengan baik jubah itu juga disebut sebagai panji arahatta phala. Bodhisatva melontarkan pakaian kerajaannya keudara. Brahma Chantikara lalu meraih baju itu dan mendirikan Cetiya dussa di alam Akanittha Brahma untuk menyemayamkannya.
Pangeran Sidharta serta menyuruh Channa untuk kembali ke Kapilavastu dan memberitahukan kepada ayahnya, bahwa kini ia telah menjadi seorang pertapa . Pada waktu itu pangeran berusia 29 tahun.

Latihan

1. Pangeran Siddharta pergi dari istana bersama...
a. Rahula c. Dewadatta
b. Ananda d. Channa
2. Pada perjalanan pertama Pangeran Siddharta melihat...
a. orang tua c. orang mati
b. orang sakit d. pertapa suci
3. Kuda tunggangan pangeran Siddharta bernama...
a. kanthaka c. si putih
b. sembrani d. kundhali

4. Orang tua renta yang dilihat Pangeran Siddharta sebenarnya adalah...
a. kakeknya c. pertapa
b. dewa d. setan
5. Setelah putranya lahir, perasaan pangeran Siddharta menjadi...
a. bahagia c. kacau
b. gelisah d. sedih

II. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Kuda Kantaka mati karena...
2. Putra Pangeran Sidharta bernama....
3. Rambut Pangeran pertapa Sidharta disimpan di...
4. Tujuan pangeran Siddharta meninggalkan istana untuk mencari obat supaya orang bebas dari..
5. Peristiwa kepergian Pangeran Siddharta dari istana dikenal dengan...




HUKUM KESUNYATAAN

A. Pengertian

Hukum Kesunyatan adalah hukum kebenaran yang universal, yang berlaku bagi semua mahkluk dan segala benda yang ada di alam semesta ini. Sang Buddha telah menemukannya dan mengajarkannya kepada para dewa dan manusia. Hukum kesunyataan berlaku bagi semua makhluk yang hidup di 31 alam kehidupan. Hukum Kesunyataan tidak berlaku di Nibbana, karena Nibbana telah terbebas dari kelahiran dan kematian. Nibbana bersifat kekal abadi, tidak ada lagi penderitaan. Nibbana merupakan tujuan tertinggi umat Buddha.

B. Macam-macam Hukum Kesunyataan

Yang termasuk hukum kesunyataan adalah :
1. Empat kebenaran Mulia (Catur Arya Satyani)
2. Hukum perbutan dan Kelahiran kembali (Hukum Kamma dan Punarbhava)
3. Hukum Tiga corak universal(Tilakahana)
4. Hukum sebab musabab yang saling bergantungan (Paticcasamupada)



CATUR ARYA SATCANI

Catur Ariya sacani artinya empat kesunyataan mulia yanitu:

Kesunyataan tenang adanya dukkha (Dukkha ariya sacca)
Kesunyataan asal mula dukkha (dukkha samudaya)
Kesunyatan tentang lenyapnya Dukkha ( Dukkha Niroda)
Kesunyataan tentang jalan untuk melenyapkan Dukkha (dukkha Niroda Gaminipatipada)


A. Dukkha Ariya Sacca

Dukkha Ariya Sacca artinya kesunyataan adanya Dukkha. Dukkha artiya tidak memuaskan, tidak menyenangkan atau menderita. Semua orang didalam hidupnya pernah merasa tidak puas tidak senang. Ketidakpuasan dan ketidak senangan ini mengakibatkan kita menderita.
Semua yang dilahirkan akan mengalami dukkha atau penderitaan. Penderitaan disebabkan oleh karena sakit, umur tua dan mati. Menderita karena berpisah dengan orang yang kita cintai atau berkumpul dengan orang yang kita benci. Tidak tercapai apa yang kita inginkan atau apa yang kita cita-citakan pun menderita. Penderitaan seperti itu disebut Dukkha-dukkha artinya penderitaan biasa
Ada pula penderitaan disebabkan karena adanya Anicca, ketidak kekalan, misalnya kehilangan barang yang kita sangat sukai atau kehilangan pekerjaan. Suka duka yang bergantian datangnya ini disebut Viparinama dukkha, artinya penderitaan yang diakibatkan perubahan (Anicca). Demikian juga Jasmani dan Rohani juga dapat menimbulkan penderitaan, misalnya sakit perut, kecewa dan lainnya penderitaan ini disebut Sangkhara dukkha yaitu penderitan yang di sebabkan badan jasmani dan rohani. Untuk mengatasi duka tersebut kita harus mengetahui apa sebabnya kita menderita. Sang Buddha memberitahukan kepada kita apa penyebab dukkha ini. Kalau kita ketahui sebab dari penderitaan ini, pasti dapat kita musnahkan. Sebab penderitaan inilah yang harus dimengerti dan dipahami.



B. Dukkha Samudaya

Kesunyataan tentang asal mulanya dukkha atau sebab penderitaan disebut Dukkha Samudaya. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, kita harus mengetahui sebab dari penderitaan itu. Kalau kita tidak mengetahui sebab dari penderitaan itu, kita tidak mungkin dapat bebas dari penderitaan.
Tanha atau keinginan nafsu indera yang tidak pernah terpuaskan adalah sebab dari dukkha. Kita semua memiliki nafsu keinginan, keinginan nafsu untuk memiliki harta yang banyak. Nafsu keinginan dapat membuat kita memiliki sifat serakag. Bila kita memiliki sifat serakah, kita tidak akan pernah puas dengan apa yang telah kita miliki, selalu ingin lebih dan akibatnya akan membuat kita menderita. Adanaya tanha karena kita diliputi Avijja yaitu kebodohan.
Avidya merupakan akar dari Tanha. Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita dapat mengendalikan Tanha, mengurangi Tanha,
Tanha terdiri dari tiga yaitu:
Kama Tanha
Bhava Tanha
Vibhava Tanha

Kama Tanha adalah nafsu keinginan untuk menikmati kesenangan keduniawian. Kita semua ingin hidup senang, mempunyai harta dan uang yang banya. Kalau keinginan kita yterpenuhi kita menjadi senang, tetapi kalau keinginan nafsu kita tidak tercapai, kita sedih dan menderita. Karena itu kita hendaknya dapat mengendalikan keinginan nafsu kita. Sebab hidup ini bukan untuk bersenang-senang, tetapi kita harus belajar, bekerja dan banyak berbuat kebaikan.

Bhava Tanha adalah keinginan untuk dilahirkan dialam kehidupan ini. Kita mengetahui bahwa hidup di dunia ini penuh dengan penderitaan, kita akan menderita sakit, usia tua dan mati. Sang Buddha menganjurkan kita agar kita berusaha untuk selalu berbuat banyak kebajikan dan melaksanakan dhamma dalamnkehidupan ini agar dapat mencapai nibanna

Vibhava Tanha adalah keinginan untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri. Orang bunuh diri karena putus asa. Bunuh diri biasanya dilakukan orang yang bermental lemah dan cepat putus asa, Agama Buddha tidak membenarkan orang bunuh diri apapun alasannya. Dalam Buddha Dhamma diterangkan bahwa bunuh diri dapat terlahir kembali di alam yang tidak menyenangkan.

Latihan
Berilah tanda silang pada huruf a, b,c atau d pada jawaban yang paling benar !

1. Penderitaan atau sesuatu yang tidak memuaskan disebut….
a. Dukkha arya sacca b. Dukkha samudaya
c. ukkha niroda d. Dukkha Niroda gaminipatipada
2. Emapat kesunyataan mulia adalah arti dari….
a. Tilakana b. Catur ariya satyani
c. Punabhava d. kamma
3. Dukkha Samudaya artinya….
a. lenyapnya dukkha b. Asal mula dukkha
c. jalan lenyapnya dukkha d. kebenaran adanya dukkha
4. Penderitaan yang nyata dari tubuh dan batin disebut….
a. Dukka ariya sacca b. Sankhara dukkha
c. dukkha-dukkha d. viparinama dukkha
5. Sebab timbulnya dukkha adalah…
a. Tanha b. kamma
c. cetana d. avija

II. Jawablah dengan uraian yang jelas dan tepat !

1. Jelaskan arti Tanha
2. Jelaskan isi dari Empat kesunyataan mulia
3. Tanha ada tiga macam sebutkan
4. Akar dari Tanha adalah…
5. Kalau kita ingin bebas dari penderitaan, apa yang harus kita ketahui…

C. Dukkha Nirodha

Dukkha Nirodha artinya lenyapnya penderitaan. Lenyapnya penderitaan berarti Nibbana yang merupakan tujuan akhir agama Buddha. Kalau kita sudah bebas dari dukkha berarti kita telah mencapai Nibbana. Nibbana adalah bebasnya dari peneritaan karena lahir, sakit, usia tua dan mati. Nibbana dibagi menjadi 2 yaitu:
Saupadisesa Nibbana: Nibbana yang dicapai saat arahat masih hidup. Dan Anupadesisa Nibbana nibana yang dicapai saat meningal dunia
Untuk mencapai dukkha nirodha. Sang Buddha telah menunjukan jalannya kepada kita.

D. Dukkha Nirodha Gaminipatipada

Dukkha Niroda gaminipatipada adalah Kesunyataan tentang jalan menuju lenyapnya dukkha. Jalan menuju lenyapnya dukkha adalah jalan mulia berunsur delapan atau Hasta Arya Magga. Jalan untuk melenyapkan penderitaan ini juga disebut jalan tengah atau Majjhima- Patipada, Hasta Arya Magga atau Ariya atthangika Magga terdiri dari delapan bagian yaitu:
1. Samma Ditthi artinya Pengetian benar
2. Samma sankappa artinya pikiran benar
3. Samma Vaca artinya Ucapan benar
4. Samma Kamanta artinya perbuatan benar
5. Samma Ajiva artinya Penghidupan benar
6. Samma Vayama artinya Daya upaya benar
7. Samma Sati artinya Perhatian benar
8. Samma Samadhi artinya Konsenterasi benar

Dari delapan jalan utama tersebut dapat dikelompokan menjadi tiga yaitu:
Kelompok Pannya atau kebijaksanaan yaitu: pengertian benar dan pikiran benar
Kelompok sila yaitu: ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar
Kelompok samadhi yaitu: daya upaya benar, perhatian benar dan konsenterasi benar.


Pengertian benar
Pengertian benar berarti mengerti ajaran Sang Buddha dan selalu hidup dengan melaksanakan Dhamma. Hendaknya kita mengerti tentang hidup ini dalam suatu pengertian benar. Dengan adanya pengetahuan hendaknya kita mengerti hukum kamma, mengerti faedah berdana, mengerti bahwa segala adalah tidak kekal dan mengerti bahwa ada kehidupan berikut sesudah kehidupan ini dan juga bebarti ada kehidupan lain sebelum kehidupan kita sekarang. Kita juga akan mengetahui bahwa penderitaan atau kebahagian kita ini adalah akibat perbuatan buruk dan perbuatan baik kita sendiri.

Pikiran benar
Pikiran benar adalah pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri. Pikiran yang tidak membenci tidak serakah tidak iri hati dan tidak bodoh. Hendaknya kita memikirkan hal-hal untuk kepentingan bersama

Ucapan benar
Ucapan benar adalah ucapan sopan, ramah yang berguna ucapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, berkata jujur tidak berdusta atau menipu dan tidak memfitnah.

Perbuatan benar
Perbuatan benar adalah perbuatan yang baik, tidak merugikan orang lain atau diri sendiri, Jangan berbuat sesuatu yang dapat menimbulkan akibat-akibat jelek bagi diri sendiri dan orang lain. Berbuatlah kebajikan dan senantiasa bersedia menolong orang lain agart dapat juga menjalani kehidupan tenang bersih dan terhormat.

Penghidupan benar
Penghidupan atau mata pencaharian benar artinya bahwa kita seharusnya mempunyai penghidupan yang tidak mencelakanan atau merugikan orang lain. Sebaiknya kita tidak menipu, korupsi, menjual senjata, menjual makhluk hidup dan minuman keras.

Usaha benar
Usaha benar adalah berusaha mencegah munculnya sifat-sifat yang tidak baik, berusaha menyingkirkan sifat-sifat tidak baik pada diri kita, berusaha memunculkan sifat-sifat yang baik pada diri kita, berusaha meningkatkan sifat-sifat baik pada diri kita.

Perhatian benar
Perhatian benar adalah bahwa kita harus selalu memperhatikan pikiran, ucapan dan perbuatan kita sehari-hari, agar kita tidak melakukan kejahatan.

Konsentererasi benar
Konsenterasi benar adalah memusatkan pikiran kita pada satu obyek meditasi, maka kita akan mencapai Jhana dan kita mendapatkanketenangan batin.

Latihan

I. Berilah tanda silang pada jawaban a, b, c, dan d pada jawaban yang benar!
1. Lenyapnya penderitaan adalah arti dari….
a. dukkha niroda b. dukkha nirodagaminipatipada
c. dukkha samudaya d. dukkha ariya sacca
2. Nibbana dibagi menjadi….
a. 4 macam b. 3 macam
c. 2 macam d. 1 macam
3. Nibbana yang masih terdapat sisa-sisa kehidupan disebut….
a. parinibbana b. anupadisesa nibbana
b. saupadisesa nibana d. nivarana
4. Delapan jalan beruas delapan dikelompokan menjadi….
a. 1 b. 2
c. 3 d. 4
5. Unsur sila dalam delapan jalan utama adalah….
a. samadi benar b. pikiran benar
c. konsenterasi benar d. ucapan benar.

I. Jawablah pertanyaan-petanyaan di bawah ini
1. Dukkha samudaya artinya?
2. Apa yang harus kita ketahui, bila kita ingin bebas dari penderitaan?
3. Apa yang menyebabkan kita menderita?
4. Apa arti avija dan tanha?
5. Apa arti kama tanha?

HUKUM KARMA/HUKUM KAMMA

1. Pengertian Kamma

Dalam bahasa Pali Kamma secara harafiah berarti perbuatan/tindakan. Segala macam tindakan yang disengaja, baik batin/pikiran, ucapan atau jasmani dipandang sebagai kamma. Secara umum semua perbuatan baik dan buruk membentuk kamma. Dengan pengertian umum kamma berarti semua kehendak baik dan buruk. Suatu perbuatan dapat disebut sebagai kamma apabila suatu perbuatan tersebut dilakukan karena adanya kehendak atau niat (cetana). Tindakan yang dengan tidak sadar, tak disengaja atau tidak disadari walaupun secara teknis merupakan perbuatan tidak membentuk kamma karena kehendak (cetana), faktor terpenting dalam menbentuk kamma tidak ada.
Seperti yang termuat dalam Anguttara Nikaya III, 415 Sang Buddha menyatakan: “ O, para bhikkhu kehendak itulah yang kusebut dengan kamma, setelah timbul kehendak dalam batinnya seseorang melakukan perbuatan melalui jasmani, ucapan dan pikiran”.

Dalam proses kamma pikiran memegang peranan penting. Semua perbuatan dan ucapan dibentuk oleh pikiran atau kesadaran yang kita rasakan pada saat ini, jika pikiran tidak terjaga, maka tindakan jasmani tidak terjaga, ucapan juga tidak terjaga, dan buah pikiran juga tidak terjaga. Jadi walaupun seseorang belum melakukan suatu tindakan/perbuatan melalui badan jasmani atau ucapan tetapi telah muncul suatu kehendak untuk berbuat di dalam pikiran, maka hal ini sudah dapat disebut kamma.

Karma dapat dibilang dalam bahasa anak-anak yang sederhana : berbuatlah baik dan kebaikan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya. Berbuatlah jahat dan kejahatan akan datang kepadamu, sekarang dan sesudahnya.
Dalam bahasa penuai, karma dapat dijelaskan dengan cara seperti ini : jika kamu menabur benih yang baik, kamu akan menuai panen yang baik. Jika kamu menabur benih yang buruk, kamu akan menuai panen yang buruk.
Sedangkan kalau dijelaskan dalam bahasa ilmu pengetahuan, karma disebut hukum sebab dan akibat, setiap sebab mempunyai akibat.
Dalam pengertian akhir/kebenaran tertinggi, karma berarti baik dan jahat, aksi mental atau kehendak. Karma adalah kehendak. Jadi karma bukanlah suatu wujud melainkan suatu proses, aksi, energi dan daya. Sebagian orang menafsirkan kekuatan ini sebagai “aksi-pengaruh” . Perbuatan kita sendirilah yang bereaksi pada diri kita. Sakit dan kebahagiaan yang kita alami merupakan hasil perbuatan, kata-kata dan pikiran sendiri yang bereaksi pada diri kita sendiri. Perbuatan, ucapan dan pikiran kita menghasilkan Khemakmuran dan kegagalan kita, juga kebahagiaan dan kesengsaraan kita.

2. Hukum Kamma adalah Hukum Universal

Hukum Kamma adalah salah satu ajaran penting dalam agama Buddha. Hukum Kamma berlaku dimana-mana, kapan saja, tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan keadaan.
Hukum Kamma tidak membeda-bedakan, tidak pilih-pilih, tidak mengenal suku, budaya, bahasa, ras, dan sebagainya. Selama seseorang melakukan suatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau jahat yang dilandasi dengan niat (kehendak) maka ia akan menerima akibat dari perbuatannya. Hukum Kamma berlaku adil dan dipandang sebagai hukum sebab akibat yang bekerja sendiri, bersifat kekal dan biasa disebut hukum perbuatan (hukum moral)
Sesungguhnya Kemampuan untuk mengetahui sifat dan fungsi Hukum Kamma hanya dimiliki oleh para Buddha.

3. Kamma Buruk (Akusala Kamma) dan Kamma Baik (Kusala Kamma)

Perbuatan yang disertai dengan kehendak yang tercetus melalui badan jasmani, ucapan atau pikiran, yang dilakukan oleh seseorang tidak sepenuhnya baik dan juga tidak sepenuhnya buruk. Orang yang senang dalam berbuat kejahatan tidak selamanya melakukan kejahatan tetapi dia juga pernah melakukan kebaikan, demikian pula sebaliknya orang yang melakukan kebaikan tentu juga pernah melakukan kejahatan.

Dari segi perbuatan kamma dibedakan tiga macam :
1. Mano kamma : dilakukan melalui pikiran
2. Vaci kamma : dilakukan melalui ucapan/kata-kata
3. Kaya kamma : dilakukan melalui badan jasmani

Sifat kamma dibagi 2 yaitu :
Kusala Kamma (karma baik) yaitu semua perbuatan baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani
Contoh karma baik melalui pikiran : Cint akasih, kasih sayang, empati, tidak mendendam, dll
Contoh karma baik melalui ucapan : berbicara jujur, tidak membual, tidak berdusta, tidak memfitnah
Contoh karma baik melalui badan jasmani : berdana, merawat orang tua, merawat teman yang sakit, membebaskan burung/ikan yang tertangkap, dll

Akusala Kamma (karma buruk) : semua perbuatan jahat/tidak baik yang dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan badan jasmani.
Akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh pikiran : serakah, dendam, benci, iri hati, keinginan jahat, Kebodohan
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh ucapan : Berdusta, Berbicara kasar/menghina, menfitnah, Omong kosong
Contoh karma buruk yang dilakukan oleh badan jasmani : Membunuh, Mencuri, merampok, memperkosa, Berzinah / berbuat tidak senonoh

Karma-karma buruk yang sering dilakukan akan mendorong suatu makhluk terlahir di alam-alam rendah seperti alam setan (Peta), alan binatang, alam raksasa atau di alam neraka, sesuai dengan jenis dan kekuatan perbuatan jahat yang dilakukannya.

Terdapat lima macam perbuatan jahat yang termasuk dalam karma berat (Garuka Akusalakamma), jika salah satu dari karma ini dilakukan maka akan menyebabkan seseorang terlahir di Neraka Avici
Lima perbuatan itu adalah :
1. Membunuh ibu sendiri,
2. Membunuh ayah sendiri,
3. Membunuh seorang Arahat,
4. Melukai tubuh seorang Buddha dan
5. Menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Sangha

Hukum Kamma berbunyi : “Sesuai dengan benih yang telah ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya, ia yang berbuat baik akan menerima kebaikan (kebahagiaan) dan ia yang berbuat jahat akan menerima kejahatan (penderitaan).

Pada suatu kesempatan seorang Pemuda Brahmana bernama Subha bertanya kepada Sang Buddha, “Wahai Gotama, mengapa ada umat manusia yang berusia pendek dan ada yang berusia panjang, berpenyakit dan sehat, buruk dan rupawan, tak berkuasa dan berkuasa, miskin dan kaya, lahir dalam keluarga rendah dan lahir dalam keluarga bangsawan, bodoh dan pandai. Wahai Gotama, apakah alasannya, apakah sebabnya maka diantara manusia ada yang terlahir hina dan ada yang mulia ?”
Sang Buddha menjawab, “Wahai Brahmana Muda, setiap makhluk adalah pemilik kammanya sendiri, pewaris kammanya sendiri, lahir dalam kammanya sendiri, bersaudara dengan kammanya sendiri dan dilindungi oleh kammanya sendiri. Kamma yang menentukan makhluk-makhluk menjadikan mereka hina dan mulia”.

Hasil dari suatu perbuatan disebut Kammaphala dan akibat dari suatu perbuatan disebut kamma Vipaka, dan yang menjadi akar/sumber perbuatan jahat adalah lobha (keserakahan), dosa (kebencian) dan moha ( kebodohan ).

Pembagian Kamma menurut kitab Visudhi Magga :
a. Menurut Waktunya kamma dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1. kamma yang memberikan akibat pada masa kehidupan sekarang ini.
2. kamma yang akibatnya dialami dalam kehidupan setelah hidup sekarang ini.
3. kamma yang akibatnya akan dialami pada masa kehidupan berikut yang kedua, ketiga atau seterusnya dalam kehidupan berikutnya.
4. kamma yang tidak memberikan akibat, karena jangka waktu untuk memberikan akibat telah habis atau kamma tersebut telah menghasilkan akibat secara penuh, sehingga kekuatannya habis sendiri. biasa disebut Ahosi Kamma

b. Menurut Fungsinya kamma dibedakan menjadi :
1. Janaka Kamma : Karma penghasil, menyebabkan kelahiran sesuai dengan macam dan sifatnya, yang menentukan perbedaan-perbedaan dalam dunia manusia.
2. Upatthambaka kamma : kamma yang berfungsi membantu memperkuat apa yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma.
3. Uppapilaka Kamma : Kamma yang berfungsi mengurangi pengaruh dari apa yang telah dihasilkan oleh Janaka Kamma, memperlemah kekuatannya atau mempersingkat waktu menghasilkan akibat.
4. Upaghataka kamma : kamma yang berfungsi melemahkan, melenyapkan dan menghancurkan kekuatan dari Janaka Kamma.
c. Menurut Kekuatannya dibedakan menjadi :
1. Garuka Kamma : kamma yang paling berat dan akan masak terlebih dahulu
2. Bahula Kamma atau Acinna Kamma : kamma yang sering dan berulang kali dilakukan oleh seseorang melalui badan jasmani, ucapan atau pikiran, sehingga tertimbun dalam wataknya. Akan memberikan akibat jika tidak melakukan Garuka Kamma
3. Asana Kamma : kamma yang diperbuat seseorang pada saat menjelang kematian.
4. Kattata Kamma : kamma yang dilakukan berdasarkan kehendak tertentu, dilakukan sekali saja atau beberapa kali. Semua perbuatan yang tidak termasuk dalam Garuka Kamma, Acinna kamma atau Asana Kamma termasuk dalam Kattata kamma.


4. Manfaat yang diperoleh dari Pelajaran Hukum Kamma

Jika kita dapat mengetahui dengan baik proses berjalannya Hukum Kamma, maka kita dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dan bermanfaat antara lain :
1. Belajar menjadi orang yang memiliki kesabara
2. Meneguhkan keyakinan dan Khemampuan diri sendiri, di dunia ini tidak perlu ada yang ditakuti kecuali perbuatan kita sendiri yang tidak baik
3. Kepercayaan kepada diri sendiri ; yang lampau membuat diri kita yang sekarang ini dan yang sekarang akan menentukan keadaan kita pada waktu yang akan datang.
4. Pengendalian diri; perbuatan jahat akan kembali menimpa diri kita sendiri sehingga kita akan lebih berhati-hati dalam perbuatan, ucapan dan pikiran.
5. Memperoleh Khemampuan; dengan melakukan kebajikan terus menerus akan dapat mematahkan belenggu kehidupan untuk mencapai nibbana; tujuan akhir dari umat Buddha


HUKUM PUNABHAVA


A. Konsep Hukum Punabhava

Buddhisme berkeyakinan bahwa doktrin tentang kelahiran kembali tidak hanya semata-mata teori, tetapi sebagai kenyataan yang dapat dibuktikan. Namun demikian kelahiran kembali hanya terbatas pada umat Buddha saja. Sebagai contoh ada ilmuwan bernama Pythagoras dan Plato yang dapat mengingat kelahiran sebelumnya dan bahkan kelahiran di alam binatang.
Ada tiga alasan yang dapat disampaikan berkenaan dengan Kelahiran Kembali, yaitu :
1. Jika kita mempercayai adanya masa sekarang, akan datang, dan masa lampau adalah logis dan masuk akal.
2. Adanya keaneka ragaman kelahiran bayi yang luar biasa didunia ini. Contoh : William James Sidis (USA) dapat membaca dan menulis pada usia 2 tahun dan mampu berbicara dalam berbagai bahasa seperti: Perancis, Rusia Inggris, Jerman dan beberapa bahasa Latin dan Yunani ketika berusia 8 tahun. Jika bukan karena akumulasi karma dikehidupan lampau atau mungkin sekarang dia belum tentu sepandai sekarang ini. Karena kita tahu didunia ini tidak ada orang yang mendadak pandai tanpa sebab sama sekali.
3. Adanya keanehan bayi lahir dengan memiliki cacat fisik/mental sejak lahir. Hal ini mengindikasikan adanya sebab-sebab yang dilakukannya pada kehidupan yang lampau.

B. Pengertian Punabhava

Punabhava terdiri dari dua kata yaitu Puna dan bhava. Puna artinya lagi, sedangkan bhava artinya jadi/menjadi. Jadi Punabhava artinya menjadi lagi atau biasa dikenal dengan kelahiran kembali (rebirth). Ajaran mengenai punarbhava sangat erat hubunganya dengan hukum kamma. Ajaran tumimbal lahir dalam agama Buddha membuktikan adanya kehidupan makhluk yang berulang-ulang, sampai seseorang dapat mencapai Nibbana. Orang yang telah mencapai kesucian Nibbana disebut Arahat.
Alam dimana manusia dapat bertumimbal lahir ada 31 alam kehidupan yaitu:
a. Emapt alam yang menderita (apaya bhumi)
b. Satu alam manusia
c. Enam alam surga atau alam dewa
d. Dua puluh alam Brahma atau alam surga tertinggi

Makhluk-mahluk yang diam di 31 alam kehidupan itu masih mengalami kelahiran dan kematian, masih mengalami derita. Tiga puluh satu alam kehidupan tidak kekal adanya. Sebaliknya Nibbana itu terbatas dari kelahiran dan kematian, terbebas dari derita, tidak termusnah, dan tidak berubah, kekal adanya.

Bia seseorang berbuat baik akan dilahirkan di sorga atau alam –alam Brahma, bila berbuat jahat akan diahirkan di alam yang menderita yaitu alam neraka, alam setan, alam binatang atau alam raksasa. Bia kita melakukan salah satu Akusala Garuka Kamma, akan dilahirkan di alam yang sangat menderita yaitu alam neraka.

Agar dapat dilahirkan di alam manusia dengan kehidupan yang bahagia, dilahirkan di alam sorga atau alam Brahma, umat Buddha dianjurkan agar berusaha hidup melaksanakan Delapan jalan Utama dan mengerti hukum kesunyataan.


C. Pengaruh Kelahiran Pada Jasmani

Manusia terdiri dari kombinasi antara jasmani dan batin (Nama dan Rupa). Hubungan antara jasmani dan batin bagaikan hubungan erat anatar bunga dan bau, jasmani sebagai bunga dan batin sebagai bau, sedangkan kematian hanya merupakan pemisahan antara dua faktor ini. Apabila seseorang berada pada saat-saat kematian maka jasmani dan batinnya lemah.


D. Ada empat cara makhluk-mahluk tumimbal lahir:

1. Jalabuja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kandungan Contoh : kuda, manusia, kerbau, sapi, ikan Hiu, dll
2. Andaja Yoni adalah makhluk yang lahir melalui telur Contoh : itik, bebek, ayam, buaya, dll
3. Sansedaja Yoni adalah kelahiran makhluk melalui kelem baban Contoh : nyamuk, cacing, ikan, katak, dll
4. Opapatika Yoni adalah kelahiran makhluk secara spontan Contoh : makhluk Neraka, makhluk Dewa, Surga, Brahma, dll

Yang menyebabkan terlahirnya makhluk adalah Janaka Kamma


MARANA

A. Pengertian Kematian

Kehidupan adalah tidak pasti tetapi kematian adalah pasti. Semua yang hidup pasti mati, Kematian dalam agama Buddha disebut Marana. Maka kematian adalah hal yang wajar.


B. Sebab-sebab kematian

1. Kematian disebabkan uasianya telah habis, dimaksukan disini mati bila sudah tua, atau mati setelah mencapai batas usia (ayuhkhaya marana)
2. Kematian disebabkan kammanya telah habis, yaitu orang yang mati itu masih usia muda, masih bayi atau kanak-kanak, masih bujang atau gadis yang belum mencapai batas usia. (kammakkhaya marana)
3. Kematian yang disebabkan usia dan kamma sama-sama habis yaitu karena sudah umur tua dan kamma pendorong untuk hidup sudah tidak ada lagi (Ubhayakkhaya Marana)
4. Kematian yang belum habis usia dan kammanya, sebab adanya musibah sehingga menimbulkan kematian, seperti kena tembak, tergilas mobil, tenggelam, kena penyakit menular dan lain-lainnya (Upacchedaka marana)

Empat sebab kematian ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita yaitu: karena habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar dan karena ditiup angin.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com